Sepintas mungkin tas buatan Natalia ini sama seperti tas-tas kerajinan anyaman lainnya. Namun yang membuatnya berbeda adalah kualitas dari bahan yang digunakan adalah yang terbaik dari alam.
Meski toko kerajinan tersebut baru berdiri selama dua tahun lamanya, namun wanita berambut panjang itu mengutamakan kualitas di setiap produk yang dibuat.
"Saya selalu mengutamakan kualitas. Orang kalau menyentuh tas buatan saya pasti ada yang berbeda, misalnya tekstur lebih halus. Kalau pun dalam proses pengerjaan ada yang tidak bagus atau jelek, saya tidak akan jual ke pembeli," jelasnya.
Ketika ditanya Money.id mengenai proses pembuatannya, dari seberang telepon Natalia menjelaskan secara rinci. Dalam pembuatan tas anyaman miliknya dibutukan proses yang tidak sebentar.
Pertama-tama Natalia harus memilih bahan-bahan yang terbaik untuk dijadikan anyaman. Setelah proses anyaman selesai, ia mewarnainya dengan cara mencelup anyaman tersebut untuk pewarnaan dasar. Lalu setelah selesai, dijemur. Tetapi itu belum selesai sampai tahap pengerjaan desain.
"Saya harus melihat kualitasnya dulu, setelah pewarnaan kami lihat dulu ada yang kurang atau tidak. Pewarnaannya pun harus merata, jadi tidak satu agak gelap atau yang lain tidak. Pengerjaan anyaman juga harus rapi, lalu pengeleman pun harus rapi," ucapnya.
Setelah benar-benar rapi, baru kemudian tas-tas tersebut didesain sesuai dengan keinginan. Wanita berkacamata itu menjelaskan untuk pengerjaan desain, biasanya dibagi-bagi pada masing-masing orang.
Misalnya untuk desain lukis menggunakan cat akrilik, sang ayah yang bertugas. Sedangkan untuk teknik decopage dan sulam adalah tugas Natalia dan ibunya. Natalia juga menjelaskan bahwa ide desainnya datang dari mood saja, bukan hal-hal yang direncanakan.
"Tergantung mood juga sih ya, lukis itu biasanya limited edition hanya bisa dikerjakan satu sampai dua produk saja. Sedangkan decopage kami yang kreasikan sendiri. Sementara itu teknik sulam adalah salah satu yang diminati para pelanggan loh. Seperti gambar bunga, atau kupu-kupu," jelas Natalia.
Dia menambahkan bahwa dalam mendesain mereka tidak menggunakan pewarna tekstil. Semua dari bahan-bahan yang alami. Tetapi bila ada pesanan yang menginginkan warna gold dan silver, mereka harus melakukan pengecatan dua kali.
Natalia bisa mengeluarkan 300 buah clutch dalam seminggu dengan pengerjaan 20 orang pengrajin. Tapi hal tersebut belum angka yang pasti, karena semua tergantung oleh kondisi cuaca, dan kondisi para pengrajin.
"Semuanya tergantung cuaca sih. Apalagi kalau cuacanya sedang musim penghujan begini, produksi bisa diundur sampai dua minggu karena pewarnaannya belum kering. Solusinya harus diangin-anginkan atau dijemur. Itulah yang membuat kami tidak memaksakan harus berapa produk yang keluar," jelas Natalia. (dwq)
Intip Kado Istimewa Rafathar dari Kuda Poni Hingga Taman Bermain
Agar Dompet Tak Makin 'Tipis', Lakukan Penghematan dengan Cara Ini
Pemerintah Angkat Bicara Soal Rokok Naik Jadi Rp50 Ribu per Bungkus
12 Kebiasaan di Pagi Hari yang Dilakukan Orang-orang Sukses
14 Februari 2016 14:01Jadi Blogger, Gadis Cantik Ini Keliling Dunia dan Hasilkan Uang
14 Februari 2016 13:36Strategi Yasa Hadapi Gempuran Toko Online Raksasa di Indonesia
12 Februari 2016 07:34Hebat, Pemuda Indonesia Ini Rancang Aerodinamis untuk Mobil F1
11 Februari 2016 14:02Rintis Bisnis Sejak ABG, Kini Yasa Berpenghasilan Rp150 Juta per Bulan
10 Februari 2016 17:57