Berbisnis tentu saja memerlukan perjuangan yang sangat panjang hingga bisa sukses. Tentu saja tidak bisa didapat dalam semalam.

Beberapa masalah internal kadang membuat produksi sepatunya mengalami kendala. Misalnya seperti perombakan tim produksi sempat menjadi dilema dan membuat wanita yang lahir di Colorado, Amerika Serikat itu menghentikan penjualannya selama tiga bulan.

Dia mengaku bahwa itulah yang membuatnya mendapat banyak keluhan dari para konsumen. Selain proses produksi, kendala lainnya adalah para pedagang yang mencoba menjiplak karyanya tersebut.

"Banyak juga yang replika desain aku, aku sedih sih karena kan aku benar-benar desain sendiri bukan meniru. Tetapi masih banyak label di Indonesia yang jiplak-jiplak aja dan buat aku itu sedih sih. Karena kan namanya desainer kita capek desain terus dijiplak," ujarnya.

Usai mengetahui karyanya dijiplak, ia langsung berbicara langsung kepada pihak yang bersangkutan. Seperti mengirimi email secara pribadi dan meminta pihak tersebut menghapus foto yang mirip buatannya. Tetapi tak ayal, terguran Diana sering tidak digubris oleh mereka.

Setelah sukses dengan brand sepatunya tersebut, kini ia ingin merambah kepada retailer offline seperti The Goods Dept agar karyanya lebih dikenal lagi, baik di dalam maupun luar negeri.

Sementara itu, Up yang awalnya dibuat hanya untuk mengasah kemampuan kreativitasnya, kini mendapat banyak penghargaan bergengsi. Seperti  Top 50 UKM dan juga penghargaan dari British Council untuk International Young Creative Entrepreneur, yang membawanya sampai ke Inggris untuk mengenalkan UP pada dunia internasional. (poy) (Berbagai Sumber)

(dr/dr)