1. HOME
  2. FASHION-BIZ
FASHION

Penduduk Hongkong Habiskan Rp52,2 Triliun untuk Pakaian Tak Terpakai

Hampir seperlima dari pakaian penduduk Hongkong yang dibeli dari toko jarang dipakai, malah ada yang tidak pernah dipakai sama sekali.

By Dian Rosalina 10 Juli 2016 16:03

Money.id - Bila Anda membeli pakaian sudah pasti pakaian tersebut ingin Anda pakai, bukan? Tapi sayangnya hal tersebut berbeda dengan penduduk Hongkong.

Dikutip dari Scmp.com, Minggu 10 Juli 2016, hampir seperlima dari pakaian penduduk Hongkong yang dibeli dari toko jarang dipakai, malah ada yang tidak pernah dipakai sama sekali. Menurut Greenpeace, jika itu semua diubang menjadi uang maka nilainya sekitar 3,9 miliar dolar Hongkong atau sekitar Rp52,2 triliun.

Oleh karena itulah Greenpeace mendesak pemerintah Hongkong untuk mendukung pengembangan moel bisnis yang berkelanjutan dan mempromosikan kesadaran ramah lingkungan untuk melawan fast fashion.

Fast Fashion sekarang ini mengacu pada tren yang berganti secara cepat. Dimana produk fashion terbaru yang ditampilkan dalam fashionweek di beberapa kota mode dunia diproduksi secara masal dalam produk siap pakai.

Sebuah laporan Dewan Konsumen Hongkong pada Februari lalu menyoroti pentingnya upaya terkoordinasi antara pemerintah, sektor bisnis dan konsumen untuk menerapkan praktik konsumsi berkelanjutan.

Greenpeace mewawancarai 2000 orang di Hongkong dan Taiwan pada Januari lalu mengenai kebiasaan belanja mereka. Dan mewawancarai 1000 orang tua di kedua negara tersebut untuk mengetahui isi lemari pakaian anak mereka.

Hasilnya, rata-rata penduduk Hongkong memiliki 94 pakaian yang lebih banyak dibandingan dengan penduduk Taiwan yang mencapai 75 item. Dari 94 pakaian, 15 item atau 16 persennya tidak pernah dipakai atau cuma dipakai sekali-dua kali saja.

Jika diasumsikan setiap potong pakaian harganya 100 dolar Hongkong atau Rp1,3 juta. Greenpeace mengatakan jadi jumlah pakaian yang kurang dimanfaatkan nilainya mencapai 3,9 miliar dolar Hongkong.

Lebih dari separuh responden mengatakan mereka tidak pernah membeli pakaian bekas, dengan 64 persen responden mengatakan tidak ingin memakai pakaian lama. Hal ini mencerminkan kepercayaan umum masyarakat China.

Selain itu kurangnya pengetahuan terhadap produk ramah lingkungan, ramah hewan, buatan tangan atau produk yang mengikuti prinsip perdagangan adil adalah salah satu faktornya. Banyaknya responden mengatakan tidak tahu dimana mendapatkannya.

Alih-alih disumbangkan atau diperbaiki, sebagian besar responden memilih membuang pakaian tersebut. Survei ini menemukan rata-rata 100 ribu ton pakaian dibuang setiap tahun selama dekade terakhir.

Bonnie Tang Man-lam, juru kampanye untuk Greenpeace Hongkong mengatakan sudah waktunya bagi pemerintah untuk memperkenalkan skema percontohan untuk mempromosikan konsep green fashion.

Yaitu pakaian yang berfokus bukan hanya untuk penggunaan bahan yang ramah lingkungan saja, tetapi juga model produksi yang bertanggung jawab secara sosial. (dwq)

Baca Juga

(dr/dr)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Fashion-Biz Section