1. HOME
    2. NEWS
SEJARAH PASAR

Tanah Abang, 'Pasar Sabtu' yang Kini Jadi Pusat Tekstil Termegah

Padahal, semula pasar ini didirikan Belanda hanya untuk menyaingi...

By Rohimat Nurbaya 19 Februari 2016 20:27
Pasar Tanah Abang (pasarjaya.co.id)

Money.id - Pasar Tanah Abang disebut-sebut sebagai salah satu kawasan perdagangan terbesar di Asia Tenggara. Saat ini pasar tersebut lebih banyak menjual produk dari tekstil, mulai dari kain hingga pakaian jadi.

Pasar tersebut tidak lepas dari sejarah Jakarta. Pasar Tanah Abang berdiri sejak abad 17, tepatnya pada 30 Agustus 1735. 

Bahkan untuk mengenang sejarah Pasar Tanah Abang, pada 1982 diterbitkan sebuah buku berjudul 'Pasar Tanah Abang 250 Tahun' yang di terbitkan PD Pasar Jaya, selaku pengelola tersebut hingga sekarang.

Pasar tersebut dulunya bernama Pasar Sabtu dan didirikan oleh Yustinus Vinck atas izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patramini. Dulunya kawasan tersebut hanya sebagai tempat melancong dan mandi para warga Belanda di Batavia. Pasalnya, di sana ada Kali Krukut yang sangat jernih.

Izin yang diberikan saat itu adalah untuk berjualan tekstil serta barang kelontongan dan hanya boleh buka pada Sabtu, oleh karena itu dinamakan 'Pasar Sabtu'. Awalnya pasar ini didirikan untuk menyaingi Pasar Senen (Welter Vreden) yang lebih dulu ada.

Lima tahun pasar tersebut berdiri, kemudian terjadi kerusuhan yang dikenal dengan peristiwa Chineezenmoord. Saat itu, terjadi pembantaian pada etnis Tionghoa dan perusakan harta, termasuk Pasar Tanah Abang yang dibakar.

Akibat kejadian tersebut, banyak orang-orang China menyingkir ke daerah pinggiran. Dengan demikian wilayah Tanah Abang menjadi sepi.

Dibangun kembali

Pada 1881, Pasar Tanah Abang kembali dibangun. Pemerintah Belanda mulai melakukan pendekatan kepada orang – orang China untuk bergerak kembali memutar roda perekonomian.

Tadinya hanya dibuka pada Sabtu, lalu ditambah hari Rabu. Sejak pembangunan itulah, pasar ini buka dua kali dalam sepekan.

Bangunan pasar tersebut pada mulanya sangat sederhana dan terdiri dari dinding bambu, papan serta atap rumbia. Perbaikan demi perbaikan terus dilakukan hingga akhir abad ke-19. Di masa ini, bagian lantai pasar dilapisi semen. Cukup modern untuk kala itu.

Pada 1926 pemerintah Batavia membongkar Pasar Tanah Abang dan menggantinya dengan bangunan permanen berupa tiga los panjang dari tembok dan papan serta beratap genteng. Tak hanya fisik, manajemen pasar juga mengalami perombakan dan perbaikan sehingga lebih tertata rapi.

Pengelola juga membangun kantor pasar di atas bangunan permanen itu. Pelataran parkir di depan pasar menjadi tempat parkir kuda-kuda penarik delman dan gerobak.

Beberapa puluh meter dari pasar ini ada sebuah gang yang dikenal sebagai Gang Madat. Di situlah tempat lokalisasi para pemadat. Madat adalah candu yang telah dimasak dan siap untuk diisap.

Candu sendiri adalah getah kering pahit berwarna cokelat kekuning-kuningan yang diambil dari buah Papaver somniferum.

Fungsinya untuk mengurangi rasa nyeri dan merangsang rasa kantuk serta menimbulkan rasa ketagihan bagi yang sering menggunakannya. Ya, madat adalah narkoba zaman dulu.

Sayangnya, pasar ini hampir kehilangan fungsinya di masa penjajahan Jepang. Malah, pasar ini menjadi tempat para gelandangan.

 

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From News Section