1. HOME
  2. FINANCE
BISNIS

Sempat 'Booming' di 2002, Bisnis Louhan Kini Mati Suri

Untung yang diraup oleh para pedagang ikan hias kala itu pun tak tanggung-tanggung, dalam sehari mereka bisa meraih omzet hingga Rp3 juta.

By Dwifantya Aquina 24 November 2015 14:19
Ikan Louhan (bebeja.com)

Money.id - Bisnis ikan Louhan sempat booming pada 2002 sampai 2004 lalu. Ikan hias hasil persilangan itu diburu oleh para pecintanya.

Untung yang diraup oleh para pedagang ikan hias kala itu pun tak tanggung-tanggung, dalam sehari mereka bisa meraih omzet hingga Rp3 juta. Tak hanya penyuka ikan hias yang berbondong-bondong membeli ikan Louhan, karena kabarnya ikan berkepala 'jenong' itu bisa membawa peruntungan bagi pemiliknya.

Entah benar atau tidak, yang jelas tren bisnis ikan Louhan hanya mampu bertahan seumur jagung.

Pada awalnya ikan Louhan hanya berhabitat di Taiwan dan Malaysia, namun saat ini banyak dipelihara oleh penggemar ikan bahkan hampir di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Louhan dikenal dengan ciri khas 'jenong' dengan beberapa warna yang mencolok.

Keunikan dari sisik serta benjolan yang berbentuk khas berjuluk “benjol kelam” itu membuat semua orang ingin memiliki ikan Louhan. Ada puluhan hingga ratusan jenis ikan Louhan, membuat harganya pun bervariasi. Mulai dari harga Rp30 ribu hingga Rp900 juta per ekornya.

Para pebisnis ikan Louhan biasanya mengembangbiakkan mulai dari bibit anakan, lalu saat sudah berdiameter 2 inci bibit anakan tersebut diseleksi untuk menyesuaikan harganya.

"Semakin bagus bibitnya, tidak ada cacat, cara pengembangbiakkannya juga baik, benjolan sempurna, maka harganya juga akan semakin mahal," ujar Aji, pebisnis ikan Louhan.

Lesunya bisnis Louhan diakui Aji lantaran semakin banyaknya pedagang ikan hias 'dadakan', yang sesungguhnya hanya ingin ikut-ikutan kecipratan untung dari tren Louhan kala itu.

"Para pedagang 'dadakan' itu sebenarnya masih belajar soal Louhan, jadi bibit-bibit yang jelek pun ikut dijual mahal. Harga ikan Louhan dipukul rata. Akhirnya bisnis Louhan jadi lesu, karena banyak pembeli merasa sudah beli mahal, pas (ikan) sudah besar kok nggak bagus hasilnya," terangnya.

Menurut Aji, meski mudah dikembangbiakkan, tidak semua peranakan ikan Louhan memiliki kualitas yang sebaik induknya. Sehingga pedagang juga harus selektif dalam memilah.

Jika dulu keuntungan yang diperoleh Aji dan sejumlah pebisnis Louhan bisa mencapai puluhan juta dalam sebulan, kini omzet mereka turun drastis. Dalam sehari, belum tentu ada yang membeli Louhan. Untung ratusan ribu rupiah sudah bagus.

"Dulu kan sempat beralih ke ikan Discus, karena lebih murah dan warnanya juga bagus. Tren Discus juga tidak lama, karena lagi-lagi dijual mahal, dipukul rata harganya, tapi tidak selektif dalam pengembangbiakannya," tutur dia.

Meski demikian, Aji tetap berbisnis ikan hias Louhan hingga saat ini. Jika dulu ia bekerja sama dengan beberapa temannya, kini Aji menjalani bisnis itu sendirian bersama beberapa karyawannya.

Ia tetap optimis ke depannya bisnis Louhan akan kembali bersinar.

Suka Artikel Ini? KLIK LIKE

Baca Juga

(da/da)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Finance Section