1. HOME
  2. FINANCE
BISNIS

Warnet, Bisnis Gurih yang Mulai Tergerus

Setelah bermunculan berbagai perangkat pendukung koneksi internet.

By Rohimat Nurbaya 24 November 2015 12:12
Ilustrasi Warnet (Foto: indigoss.com)

Money.id - Bisnis warung internet (warnet) sempat menjamur sejak awal 2003, terutama di beberapa kota besar, salah satunya Bandung. Saat itu, akses internet masih terbatas.

Ketika warnet menjamur, biasanya pelaku bisnis itu menjaring kawasan pendidikan seperti sekolah dan kampus. Tetapi bisnis gurih tersebut mulai tergerus setelah bermunculan berbagai perangkat pendukung koneksi internet, seperti modem GSM dan CDMA.

Dengan perangkat tersebut, pemilik perangkat komputer atau laptop tidak perlu lagi datang ke warnet untuk mencari koneksi internet. 

Bisnis warnet keberadaannya semakin terdesak ketika smartphone mulai jadi tren di Indonesia. Semua orang bisa mengakses internet hanya melalui ponsel.

Coba bertahan

Rizky (35), pemilik warnet di kawasan Mohammad Toha, Bandung, Jawa Barat mengaku, setelah berbagai perangkat pendukung akses internet semakin canggih, bisnis warnetnya tidak seramai 12 tahun lalu, ketika pertama buka.

Tetapi meski demikian, sarjana Teknik Informasi lulusan sebuah universitas swasta di Bandung itu tetap mempertahankan bisnis tersebut, sebab modal digunakan tidak sedikit.

"Dulu ketika 2003 modal buka warnet total sekitar Rp100 juta," kata Rizky kepada Money.id beberapa waktu lalu.

Ketika itu, modal digunakan untuk merintis usaha tersebut, hasil menguras semua tabungan, pinjaman dari bank, gadai sertifikat tanah orangtua, serta menjual seluruh alat musik yang pernah dimiliki.

"Kalau semua modal itu tidak bisa balik lagi, saya bisa digantung sama orangtua," ucap Rizky penuh kecemasan.

Rizky pun mencari cara supaya bisnis tersebut bisa tetap jalan. Dia menyulap tempat usahanya jadi beberapa bidang, yakni digital printing, game online, service komputer dan jual beli komputer bekas.

Bisnis teknologi perkembangannya sangat cepat, sehingga bila pelaku usaha di bidang itu tidak cerdas akan terus tergerus dan bangkrut.

"Apapun saya lakukan untuk tetap bertahan di bisnis ini, meski modal seadanya. Intinya warnet tetap jalan," ucap dia.

10 komputer

Awalnya di warnet yang dikelola Rizky ada 30 komputer. Saat ini, tersisa 10 komputer saja, itu pun lebih banyak dipakai game online. Kemudian ditambah dua perangkat komputer digunakan untuk digital printing.

Dia hanya berharap dari para pecinta game online agar usahanya itu tetap bertahan, namun lagi-lagi perkembangan teknologi yang cepat harapannya kembali sirna. Saat ini sudah banyak game online yang bisa dimainkan di ponsel.

"Pokoknya saya memaksimalkan apa yang ada saja," terang dia.

Saat ini, hidup Rizky hanya bergantung pada jual beli komputer bekas. Berbekal relasi dan ilmu yang dimilikinya kini dia menyediakan komputer bekas dengan harga terjangkau untuk anak sekolah. Sebab, tempat usahanya berada di kawasan pendidikan. (ita)

(rn/rn)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Finance Section