1. HOME
  2. FOODILICIOUS
KULINER NUSANTARA

Tahu Pong Mini, Jajanan Tradisional yang Mendobrak Pasar Kuliner

Tapong singkatan Tahu Pong yang merupakan salah satu makanan khas Semarang.

By Azalia Amadea 5 Mei 2016 13:07
Tapong atau Tahu Pong Mini (Azalia Amadea/Money.id)

Money.id - Gulungan kain hitam memenuhi ruangan lantai satu sebuah ruko di Jalan Pangeran Jayakarta Kompleks 68 Blok C nomor 24 Jakarta Pusat. Ruko tiga lantai itu tampak sepi, tidak ada aktivitas.

Hanya ada dua orang duduk-duduk di dekat gulungan kain. Di lantai dua ruko terdapat sebuah ruang kaca. Di ruangan itu duduk seorang wanita muda. Dia adalah Jessica, entrepreneur muda pemilik usaha kuliner tradisional Tapong Mini.

Jessica tidak sungkan-sungkan membagi pengalamannya saat membangun bisnis Tapong Mini.

Ketika ditanya soal usahanya itu, Jessica membuka cerita soal arti nama Tapong. Menurut dia, Tapong singkatan Tahu Pong yang merupakan salah satu makanan khas Semarang. Tahu pong disajikan dengan kuah petis, gimbal udang dan telur.

Usaha ini sudah ada sejak tahun 1958 yang lebih dikenal dengan nama Tahu Pong Gereja Ayam.

"Usaha Tahu Pong ini awalnya milik keluarga Papah saya. Namun karena usaha keluarga ini tidak terurus, saya merasa sayang kalau tidak diteruskan. Akhirnya saya, teman dan sepupu mencoba membangun usaha ini lagi," ujar Jessica Hani Boediardjo pemilik Tapong Mini yang ditemui Money.id di kantornya, Rabu 4 Mei 2016.

Tahu Pong Mini
© 2016 money.id/Azalia Amadea


Wanita berusia 24 tahun tersebut mengubah konsep tahu pong ala rumahan menjadi tahu pong modern. Mengusung konsep tapong mini ala street food, pada April 2014 bisnis kuliner itu mulai dibangun.

Dengan tidak mengubah rasa dan resep tahu pong turun menurun, Jessica mulai menjual Tapong Mini dari bazar ke bazar. Modal awal usahanya diakui Jessica tidak terlalu banyak yaitu Rp15 juta.

Pertama kali, ia membuka booth di bazar kampus tempatnya menempuh pendidikan yaitu di Universitas Pelita Harapan. "Pertama kalau jualan it's nice. Kami tidak menyangka bisa menghasilkan omzet Rp6 juta dalam seminggu bazar. Dari situ saya berpikir ternyata bisnis ini menjanjikan juga untuk diseriusin," kata wanita berambut hitam panjang tersebut sambil mempersilakan seporsi tahu pong yang nampak nikmat dan renyah.

Dalam menjalankan usaha ini, Jessica tak selalu untung. Kadang omzetnya juga turun. "Namanya usaha up and down. Kita pernah buka booth di bazar Grand Indonesia, sepi sekali. Karena tahu kami homemade tanpa bahan pengawet tidak bisa tahan lama, kalau sudah dua hari tidak baik harus dibuang. Di situ saya merasa down," ujar Jessica dengan raut wajah muram.

Tahu Pong Mini
© 2016 money.id/Azalia Amadea

Tetapi Jessica dan kedua pemilik lainnya tidak mudah menyerah begitu saja. Jessica mulai bangkit mengikuti bazar-bazar kembali di Pantai Indah Kapuk, Kelapa Gading dan Central Park.

Dengan tiga karyawan yang digajinya Rp1,5 juta, hampir setiap pekan tapong mini mengikuti bazar. Saat ini, omzet Tapong Mini sekitar Rp30 juta-Rp50 juta per bulan. Bisnis ini juga dikembangkannya dengan membuka katering tapong mini dan pemesanan melalui Go-Food.

Target market Tapong Mini adalah kalangan anak muda hingga dewasa yang sudah mengerti rasa dan perkembangan kuliner. Dia mengakui bisnisnya ini bukan bisnis yang dapat berkembang mengikuti zaman.

"Tahu pong kan makanan tradisional dengan kuah petis, tahu, gimbal udang dan telurnya tidak bisa dimodifikasi layaknya kentang goreng atau martabak. Maka strategi kami menaikkan bisnis Tapong Mini hanya dari segi kemasan yang dibuat lebih kecil saja," tutur Jessica. (poy)

(da/aa)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Foodilicious Section