Berdasar kajian Kemenko Maritim dan Sumber Daya, biaya pembagunan kilang darat (onshore) sekitar US$16 miliar atau setara Rp214,4 triliun.
By Rohimat Nurbaya 23 Februari 2016 13:14Money.id - Pemerintah Indonesia akan mengembangkan lapangan abadi blok Masela dengan skenario pembangunan kilang LNG di darat (on shore), bukan di laut.
Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli mengatakan, keputusan itu diambil setelah dilakukan pembahasan secara menyeluruh dan hatiâhati, dengan memperhatikan masukan dari berbagai pihak.
"Pertimbangannya, pemerintah sangat memperhatikan multiplier effects serta percepatan pembangunan ekonomi Maluku khususnya, dan Indonesia Timur pada umumnya," ujar Rizal Ramli di Jakarta, Selasa 23 Februari 2016.
Dia menjelaskan, dalam berbagai kesempatan Presiden Joko Widodo selalu memberi arahan, bahwa presiden ingin melaksanakan konstitusi dengan konsekwen.
Terkait pemanfaatan sumber daya alam (SDA) yang sebesarâbesarnya untuk rakyat, presiden juga menegaskan, pemanfaatan ladang gas abadi Masela tidak sekadar sebagai penghasil devisa, tetapi harus jadi motor percepatan pembangunan ekonomi Maluku dan Indonesia Timur.
Tantang Inpex dan Shell
Berdasar kajian Kemenko Maritim dan Sumber Daya, biaya pembagunan kilang darat (onshore) sekitar US$16 miliar atau setara Rp214,4 triliun. Sedangkan jika dibangun kilang apung di laut (ofshore), biayanya mencapai US$22 miliar atau setara Rp294,9 triliun.
"Dengan demikian, kilang di darat US$6 miliar (Rp80,4 triliun) lebih murah dibandingkan dengan kilang di laut," ujarnya.
Ramli menuturkan, angka tersebut sangat berbeda dengan perkiraan biaya dari Inpex dan Shell. Dua perusahaan asing itu menyebut, pembangunan kilang di laut atau ofshore hanya US$14,8 miliar atau setara Rp198,3 triliun. Sedangkan pembangunan kilang di darat, mencapai US$19,3 miliar atau setara Rp258,7 triliun.
"Inpex dan Shell telah membesarâbesarkan biaya pembangunan kilang di darat. Sebaliknya, mereka justru mengecilkan biaya pembangunan di laut," tegas dia.
Untuk memastikan kebenarannya Rizal Ramli mengaku berani menantang Inpex dan Shell. Jika ternyata biaya pembangunan di laut membengkak melebihi US$14,8 miliar atau setara Rp198,3 triliun, maka Inpex dan Shell harus bertanggungjawab membiayai kelebihannya, dan tidak boleh lagi dibebankan kepada cost recovery.
"Faktanya Inpex tidak berani. Ini menunjukkan mereka sendiri tidak yakin dengan perkiraan biaya yang mereka buat,” tutur Rizal Ramli.
Intip Kado Istimewa Rafathar dari Kuda Poni Hingga Taman Bermain
Agar Dompet Tak Makin 'Tipis', Lakukan Penghematan dengan Cara Ini
Pemerintah Angkat Bicara Soal Rokok Naik Jadi Rp50 Ribu per Bungkus
Laju Dolar Tertekan Penguatan Harga Minyak, Rupiah Dibuka Menguat
23 Februari 2016 09:26