1. HOME
    2. FINANCE
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kukuh Kilang Masela di Darat, Rizal Ramli Tantang Inpex dan Shell

By Rohimat Nurbaya 23 Februari 2016 13:14
Pemerintah Lebih Hati-hati

Pemerintah Hati-hati

Dalam kaitan ini, Pemerintah Indonesia memang bersikap hati‐hati. Pemerintah juga belajar dari pengalaman pembangunan kilang ofshore di Prelude, Australia, yang mengalami keterlambatan dan pembengkakan biaya cukup besar.

Prelude telah menghabiskan biaya US$12,6 miliar atau setara Rp168,9 triliun. Padahal kapasitasnya hanya 3,6 juta ton per tahun, 48 persen dari Kapasitas Masela 7,5 juta ton per tahun.

Menurut Rizal Rami yang pernah menjabat Menteri Keuangan di era Presiden Abdurrahman Wahid, seandainya pembangunan kilang dilaksanakan di laut, maka Indonesia hanya akan menerima pemasukan US$2,52 miliar atau setara Rp33,7 triliun per tahun dari penjualan LNG.

Kata dia, angka itu diperoleh dengan asumsi harga minyak US$60 per barel. Sebaliknya dengan membangun kilang di darat, gas LNG itu sebagian bisa dimanfaatkan untuk industri pupuk dan petrokimia. Dengan cara ini, negara bisa memperoleh revenue mencapai US$6,5 miliar per tahun.

"Inilah yang menjelaskan mengapa Presiden menginginkan pembangunan kilang Masela di darat. Beliau sangat memperhatikan manfaatnya dan multiplier effect‐nya yang jauh lebih besar dibandingkan jika kilang dibangun di laut," tutur Ramli.

Dengan pembangunan kilang di darat, akan lahir industri pupuk dan petrokimia. Kita bisa mengembangkan kota Balikpapan baru di Selaru yang berjarak 90 kilometer dari Blok Masela.

Tokoh masyarakat

Selain itu, banyak tokoh-tokoh masyarakarat dan rakyat Maluku yang menginginkan agar kilang Masela dibangun di darat untuk mempercepat pembangunan Maluku.

Dukungan yang sama yang juga diberikan oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Menko Maritim juga menilai kekhawatiran Inpex akan keluar dari proyek pengembangan Blok Masela sangat berlebihan. Pasalnya, Inpex sudah mengabiskan waktu bertahun‐tahun dan investasi sekitar US$2 miliar atau setara Rp26,8 triliun.

Perusahaan itu tidak akan meninggalkan Blok Masela yang memiliki cadangan lebih dari 20 tcf (trilion cubic feet). Dengan asumsi diproduksi 1,2 juta kaki kubik per hari, maka cadangan bisa dimanfaatkan sampai 70 tahun.

Itulah sebabnya, Inpex diyakini tidak akan keluar dari proyek ini. Namun jika ternyata Inpex benar‐benar keluar, maka banyak investor dari negara lain yang sangat berminat meneruskannya.

Dia menjamin, Pemerintah Indonesia sangat menghargai hubungan strategis dan jangka panjang dengan Jepang. Kita juga memahami kebutuhan Jepang akan sumber energi berjangka panjang yang reliable.

"Kita percaya Inpex akan sangat berkepentingan dengan pembangunan kilang di darat yang jauh lebih murah, dan menguntungkan Indonesia dan Jepang," imbuhnya

(rn/rn)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Finance Section