Nama Mujirun ternyata menggaung hingga ke Ibu Kota Jakarta. Meski belum lulus, pria yang kini berusia 58 tahun itu sudah ditawari pekerjaan di Peruri sebagai engraver, dengan gaji sebesar Rp50 ribu.
"Kalau dulu SMA (kerja jadi) pegawai negeri (gajinya) Rp18 ribu dan saya ditawari Rp50 ribu, masih ada uang jalan di zaman itu," kenangnya.
Pihak Peruri datang memilihnya dan dua orang lainnya. Namun ternyata, potensi Mujirun lebih terlihat di antara dua orang temannya. Hingga pada 1979, Mujirun hijrah ke Jakarta dan bekerja untuk Peruri.
Namun di perusahaan itu, dia tak langsung mengaplikasikan teknik engrave. "Saya di Peruri belajar lagi sampai dikirim ke luar negeri, untuk mendalami tentang uang dan teknik engrave," kata dia.
Pada 1981-1982 Mujirun dikirim ke Swiss dan Italia. Di dua negara itu, Mujirun kembali diajarkan mengenai desain, pengenalan uang, mendalami anatomi, mengurai garis, dan mencukil.
Kemudian pada 1990, dia terbang ke Malaysia untuk menangani security printing, lalu 1992 Mujirun melakukan studi banding tentang uang di Inggris. Hingga pada 2004, dia belajar software engraver di Hongaria.
Next: Usaha yang terbayarkan
Intip Kado Istimewa Rafathar dari Kuda Poni Hingga Taman Bermain
Agar Dompet Tak Makin 'Tipis', Lakukan Penghematan dengan Cara Ini
Pemerintah Angkat Bicara Soal Rokok Naik Jadi Rp50 Ribu per Bungkus