1. HOME
    2. NEWS
NEWS

Kenalkan, Engraver di Balik Lukisan Uang-uang Kertas Rupiah

"Kerjaan mengukir uang itu nggak boleh salah. Kalau (mengukir) di kertas bisa dihapus, tapi kalau pelat, bisa rusak. "

By Stella Maris 2 Maret 2016 16:59
Mujirun yang berprofesi sebagai engraver (Dwi Narwoko/Money.id)

Money.id - Bila Anda memiliki uang kertas seribu rupiah bergambar Pattimura (depan) serta Pulau Maitara dan Tidore (belakang) gunakan kaca pembesar, lalu perhatian dengan seksama. Gambar itu bukanlah sebuah lukisan yang diolah dengan digital.

Gambar tersebut merupakan hasil seni grafis yang diukir di atas pelat baja oleh Mujirun Budiharjo atau yang dikenal Mujirun Engraver. Hasil karyanya bukan hanya itu saja, masih ada 12 uang kertas lainnya yang diukir halus menggunakan teknik engrave.

Saat berbincang dengan Money.id, mantan karyawan Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) itu mengaku menjalankan profesi sebagai engraver sangat berat.

"Kerjaan mengukir uang itu nggak boleh salah. Kalau (mengukir) di kertas bisa dihapus, tapi kalau pelat, bisa rusak. Itulah beratnya menjadi engraver."

Di Indonesia, kata Mujirun, hanya ada sekitar 10 engraver. Salah satu profesi yang langka, karena setiap karya harus dipertanggungjawabkan.

Bayangkan, untuk mengukir sebuah model yang nantinya dicetak di atas kertas, Mujirun harus mampu membelah satu micron menjadi beberapa garis dalam ukuran milimeter. Tingkat ketelitian dan presisi harus sangat diperhatikan.

Meragu
Keterampilan Mujirun bukan serta merta dimilikinya tanpa berlatih. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Mujirun sudah tertarik dengan dunia seni.

Awal mula seni mengukir yang dihasilkan adalah pembuatan wayang. Melihat keterampilannya itu, dan hasil yang rapi dalam setiap ukirannya, membuat Mujirun kebanjiran pesanan.

"Jadi saya sejak kecil sudah menghasilkan uang. Orang mau nungguin (karya) saya. Sampai di SLTA saya terus berlatih dan menjual (hasil karya), dan uangnya untuk biaya sekolah," cerita dia.

Ayah lima anak ini mengaku sempat ragu ketika akan masuk sekolah seni rupa. "Saya takut nggak bisa masuk (di sekolah) seni rupa, tapi akhirnya saya masuk sanggar (melukis) Pak Murtoyo, lalu masuk ke SSRI (Sekolah Seni Rupa Indonesia)."

Next: Ditarik Peruri dan disekolahkan ke luar negeri

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From News Section