1. HOME
  2. FINANCE
FINANCE

Cerita Pelukis 'Soeharto Bapak Pembangunan' di Uang Rp50 Ribu

Mujirun menyebut karyanya itu sebagai gambar uang seri 'Pak Harto Mesem,' yang ternyata...

By Stella Maris 3 Maret 2016 06:41
Mujirun Engraver memanggul koleksinya dari Club Oeang Revolusi (Dwi Narwoko/Money.id)

Money.id - Masih ingat dengan uang pecahan Rp50 ribu begambar mantan Presiden Soeharto tersenyum? Uang yang telah ditarik dari peredaran sejak 16 tahun lalu itu ternyata 'diciptakan' oleh Mujirun.

Mujirun menceritakan sepenggal kisah di balik proses pembuatan uang yang dilakukan dengan teknik engrave tersebut. Ini adalah teknik grafis yang rumit, karena menggambar menggunakan pisau khusus, dan mencukil di atas pelat baja, sebelum akhirnya dicetak pada bahan uang kertas.

Ya Mujirun menyebut karyanya itu sebagai gambar uang seri 'Pak Harto Mesem'. Pria kelahiran 26 November 1958 itu ternyata bukan satu-satunya engraver yang membuat wajah Soeharto.

"Ternyata Pak Harto juga memanggil engraver dari Australia," kata Mujirun saat berbincang dengan Money.id.

Mujirun mengatakan, saat itu dia dan sang engraver asing saling berkompetisi. Setelah diberikan waktu menyelesaikan model untuk uang bagian depan itu, mereka langsung menyerahkan karyanya pada Bank Indonesia (BI).

Dari BI lalu diserahkan ke Sekretariat Negara (Setneg), dan diperlihatkan ke Pak Harto. Diakui Mujirun, saat dibawa tidak ada keterangan yang menjelaskan dua karya tersebut milik siapa.

"Saya diminta menunggu di kantor, lalu setelah menunggu ternyata gambar Pak Harto Mesem yang dipilih itu punya saya," kata Mujirun bangga.

Mujirun tak menyangka, karya wajah 'Bapak Pembangunan Indonesia' itu dapat bersaing dengan engraver Australia. Hingga pada 1993, karyanya dicetak di atas kertas dan bertahan hampir 10 tahun.

Setelah itu pada 1998, Mujirun kembali menggambar sosok Pahlawan Ki Hadjar Dewantoro pada untuk pecahan Rp20 ribu, Rp50 ribu yang bergambar Paskibraka pada 1999. Lalu Kapitan Pattimura dan Pulau Maitara dan Tidore pada 2001 untuk pecahan seribu rupiah, dan masih ada delapan karya lainnya. (ita)

Baca Juga

(sm/sm)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Finance Section