Soekarno juga ingin Kahayan secantik sungai-sungai di Eropa, dimana warga dapat bersantai dan menikmati keindahan kota yang dialiri sungai.
"Janganlah membangun bangunan di sepanjang tepi Sungai Kahayan. Lahan di sepanjang tepi sungai tersebut, hendaknya diperuntukkan bagi taman sehingga pada malam yang terlihat hanyalah kerlap-kerlip lampu indah pada saat orang melewati sungai tersebut," kata Soekarno.
Untuk mewujudkan ide itu Soekarno bekerjasama dengan Uni Soviet. Para insinyur dari Rusia pun didatangkan untuk membangun jalan raya di lahan gambut. Pembangunan itu berjalan dengan baik.
Tapi seiring dengan terpuruknya perekonomian Indonesia di awal 60an, pembangunan Palangka Raya terhambat. Puncaknya paska 1965, Soekarno dilengserkan. Soeharto tak ingin melanjutkan rencana pemindahan ibu kota ke Kalimantan. Jawa kembali jadi sentral semua segi kehidupan.
Kini Jakarta makin semrawut, sementara pembangunan di Palangka Raya berjalan lambat. Hampir tak ada tanda kota ini pernah akan menjadi Ibu Kota RI yang megah.
Hanya sebuah monumen berdiri menjadi pengingat Soekarno pernah punya mimpi besar memindahkan ibukota ke Palangka Raya.
Intip Kado Istimewa Rafathar dari Kuda Poni Hingga Taman Bermain
Agar Dompet Tak Makin 'Tipis', Lakukan Penghematan dengan Cara Ini
Pemerintah Angkat Bicara Soal Rokok Naik Jadi Rp50 Ribu per Bungkus
Pemkab Bandung Tambah Subsidi Raskin Bagi Warga Miskin
19 November 2016 19:01