Money.id - Pandji Pragiwaksono memulai kariernya sebagai penyiar radio, tapi kini dia sukses menjadi komika dan berhasil meraup penghasilan puluhan juta rupiah tiap bulannya, lewat bisnis toko online. Namun, bukan berarti semua itu bisa diraih cuma-cuma.

Banyak proses yang harus dilalui untuk melahirkan toko online bernama 'Wsydn Shop'. Pandji menjual karyanya dengan versi konten digital sampai menawarkan berbagai produk merchandise.

Di balik itu Wsydn Shop sempat mengalami penuruna pendapatan yang drastis atau mencapai 50 persen pada  2015. Hal itu dikarenakan, Pandji yang tak menghasilkan banyak karya.

"Saya kan jual karya, jadi kalau nggak rilis ya tidak ada yang bisa dijual. Apalagi tahun kemarin ekonomi sulit," ujar Pandji kepada Money.id.

Saat itu, lanjut Pandji, Wsydn Shop hanya menjual satu karya. Namun itu juga sebuah buku yang berbeda dari karya sebelumnya, karena isinya berkaitan dengan pemasaran.

"(Karya) itu bukan Pandji. Orang lebih paham saya yang mengenalkan Indonesia lewat karya. Jadi saat itu saya lakukan suntik dana terus," kata pria berumur 36 tahun itu.

Demi menaikkan penjualan, Pandji menyusun strategi dalam situsnya, yaitu dengan menghadirkan sebuah kolom untuk produk related. "Belajar dari pengalaman aja sih. Saat ini kita menyediakan beberapa produk, dengan potongan harga agar fans saya juga seneng," katanya.

Ayah dua anak itu optimis kalau tahun ini tokonya bakal berkembang lebih baik lagi. Hal itu ditambah dengan semakin banyaknya karya yang dibuat. Mulai dari buku karangannya berjudul 'Menemukan Indonesia' yang tersedia versi digital dan fisik, serta film, dan musik.

Persaingan Bisnis
Pandji adalah orang pertama yang menjual produk versi digital, hingga kini munculah beberapa komika yang ikut berbisnis sepertinya.

Meski demikian, dia tak merasa tersaingi. Pandji malah ikut membantu para komika lainnya seperti Raditya Dika, Ernest, dan Sammy untuk mempelajari penjualan dan promosi terkait bisnis tersebut.

"Karena saya percaya musisi atau komika harus punya jalur distribusi sendiri. Itu sudah konsekuensi kita, banyak mainstream bisnis nggak ngasih ruang. Menurut Pandji tiap komika juga berbeda target pemasarannya. Itu karena menurut dia dalam mengeluarkan karya perlu penilaian subjektif, unik, dan spesifik. (els)