Saat krisis keuangan global perbankan, Amerika Serikat hanya kehilangan US$650 miliar. Sedangkan China mencapai US$3,5 triliun.
By Rohimat Nurbaya 12 Februari 2016 11:12Money.id - China tak henti-henti dilanda krisis ekonomi. Kerugian perbankan negeri Tirai Bambu itu diperkirakan lebih besar 400 persen dibanding kerugian saat krisis Subrime Mortage di Amerika Serikat pada 2007 silam. Saat itu banyak sekali rumah disita.
Dikutip dari Bloomberg, Fund Manager Hayman Capital, Kyle Bass menyebut akibat krisis yang dialami saat ini, diperkirakan China akan kehilangan sekitar US$3,5 triliun atau 10 persen dari total aset yang ada.
Saat krisis keuangan global perbankan Amerika Serikat hanya kehilangan US$650 miliar.
Menurut Bass, sistem perbankan China pernah menderita kerugian sekitar 30 persen dari PDB pada 1998 hingga 2001. 30 persen dari PDB China mencapai US$3,6 triliun.
"Kredit di China telah mencapai batas, sistem perbankan China akan mengalami siklus kerugian yang akan memiliki implikasi yang mendalam bagi seluruh dunia," ucap dia.
Dia menuturkan, sebenarnya, pertumbuhan ekonomi China rata-rata 10 persen selama tiga dekade hingga 2010.
Namun selama lima tahun berturut-turut perlahan melambat, hingga akhirnya pada 2015 melambat menjadi 6,9 persen. Jumlah tersebut merupakan tingkat terendah dalam 25 tahun terakhir.
Saat krisis Amerika, Bass terkenal karena prediksinya terhadap sektor perumahan yang akan memicu krisis keuangan global pada 2008. Kemudian pada 2010, Bass meramalkan jatuhnya pasar obligasi pemerintah Jepang. (poy)
Intip Kado Istimewa Rafathar dari Kuda Poni Hingga Taman Bermain
Agar Dompet Tak Makin 'Tipis', Lakukan Penghematan dengan Cara Ini
Pemerintah Angkat Bicara Soal Rokok Naik Jadi Rp50 Ribu per Bungkus
Dorong Pertumbuhan Ekonomi, Indonesia MakinTerbuka ke Investor Asing
11 Februari 2016 10:02