1. HOME
  2. FINANCE
TIPS KEUANGAN

Jangan Pakai KTA untuk Uang Muka KPR, Mengapa?

Untuk mengajukan KPR, nasabah juga harus mempersiapkan sejumlah uang untuk down payment atau DP.

By Desy Afrianti 23 Desember 2015 17:01
ilustrasi kredit

Money.id - Mewujudkan rumah idaman tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi kini harga hunian semakin mahal.

Salah satu jalannya adalah dengan meminjam uang ke bank lewat produk kredit pemilikan rumah (KPR).

Namun, untuk mengajukan KPR, nasabah juga harus mempersiapkan sejumlah uang untuk down payment atau DP.

Nah, syarat itulah yang kadang dirasa berat. Terlebih pemerintah menerapkan aturan pembayaran uang muka KPR minimal 30 persen dari harga total.

Banyak yang mencoba menyiasatinya, salah satunya dengan mengambil kredit tanpa agunan (KTA) untuk tambahan membayar DP..

Sekilas masalah DP terselesaikan dengan KTA. Tetapi, ada masalah lain di balik itu, karena artinya orang tersebut berutang dua kali.

Utang adalah bentuk strategi keuangan. Namun, namanya strategi, bisa berhasil, bisa pula gagal. Mengambil KTA untuk membayar DP rumah merupakan salah satu strategi utang yang berisiko besar gagal.

KTA memang menggiurkan. Kita tak perlu memberi jaminan berupa aset kepada bank untuk mendapat pinjaman ini. Tetapi, bunga KTA cukup besar dibanding kredit berjaminan.

Saat kita menggunakan pinjaman ini untuk membayar KPR yang berbunga juga, berarti kita sedang menumpuk utang. Meski pendapatan kita mencukupi, strategi ini tidak direkomendasikan karena ujungnya justru membebani keuangan.

Apa itu KTA?

KTA adalah kredit tanpa agunan. Kita bisa memperoleh pinjaman ini tanpa memberi jaminan kepada bank. Jaminan ini contohnya rumah, tanah, kendaraaan bermotor, dan aset lain.

KTA bisa diperoleh dengan relatif mudah. Karena itulah KTA sering dijadikan pilihan saat terdesak. Tetapi kita harus mengetahui seluk-beluk KTA agar tak keliru dalam memanfaatkannya.

Lantaran sifatnya yang mudah dicairkan dan bunganya relatif besar, KTA lebih sering dipakai untuk kegiatan produktif.

Misalnya tambahan modal usaha. Sebab, dengan begitu, keuntungan usaha bisa digunakan untuk mencicil utang tersebut.

Namun, KTA juga bisa digunakan untuk kegiatan konsumtif. Contohnya membayar uang sekolah anak atau tambahan dana renovasi rumah.

Hal yang perlu diperhitungkan ketika mengambil KTA:

• Suku bunga
• Jangka waktu peminjaman
• Jumlah angsuran per bulan
• Biaya tambahan lain

Kenapa KTA Tidak Direkomendasikan sebagai DP KPR?

Kita ambil contoh Aji yang hendak membeli rumah dengan cara kredit, tetapi tabungannya bersama istrinya tidak cukup untuk membayar DP. Aji memiliki pendapatan Rp5 juta per bulan, sedangkan istrinya Rp3 juta.

Rumah yang dia beli seharga Rp400 juta. Artinya dia harus menyediakan 30 persen dari jumlah tersebut sebagai DP atau Rp120 juta.

Masalahnya, dia hanya mampu menyediakan Rp80 juta. Akhirnya dia memutuskan mengambil KTA Rp50 juta dengan jangka waktu pembayaran tiga tahun. Sebanyak Rp40 juta dia gunakan untuk menutup DP, sedangkan Rp10 juta dipakai sebagai biaya administrasi KPR.

Kini Aji sudah memiliki rumah, tetapi harus membayar dua angsuran sekaligus. Pertama, dia harus membayar angsuran KTA dengan bunga 1,5 persen per bulan selama 3 tahun. Perhitungannya:

• Utang KTA: Rp50 juta
• Bunga KTA: 1,5% per bulan
• Jangka waktu: 3 tahun
• Cicilan pokok utang per bulan: Rp50 juta : 36 bulan = Rp1.388.888
• Bunga per bulan: 1,5% X Rp50 juta = Rp750.000
• Cicilan per bulan: Rp1.388.888 + Rp750.000 = Rp2.138.888
Total pembayaran: Rp2.138.888 X 36 = Rp76.999.968

Aji dan istrinya harus mengalokasikan Rp 2.138.888 setiap bulan untuk melunasi KTA. Total yang harus dibayar selama tiga tahun Rp 76.999.968.

Kedua, Aji harus mencicil KPR sekitar Rp 3,8 juta per bulan.

• Total pendapatan Aji dan istri: Rp5 juta + Rp3 juta = Rp 8juta
• Cicilan KPR = Rp3,8 juta
• Cicilan KTA = Rp2,1 juta
Sisa pendapatan = Rp2,1 juta

Bisa dibayangkan kondisi keuangan keluarga Aji yang bakal kesulitan selama tiga tahun ke depan karena harus menghadapi dua utang tersebut.

Tabungannya bakal terus terkikis. Belum lagi masalah lain yang mungkin dihadapi ketika terjadi musibah tak terduga yang memerlukan biaya besar. Tiga tahun itu tidak sebentar. Baca selengkapnya di sini

(da/da)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Finance Section