1. HOME
  2. NITELIFE
NITELIFE

Pesona 'Gadis Sekolah' di Jepang

Dengan rok pendek, mereka membagikan brosur untuk mengajak 'Joshi-Kosei' kepada pengunjung kafe.

By Rohimat Nurbaya 2 Januari 2016 06:30
Gadis Joshi-Josei di Tokyo, Jepang (CNN)

Money.id - Sebuah pemandangan malam aneh di Kota Tokyo, Jepang. Sederet gadis remaja dengan pakaian sekolah masih berseliweran di jalan-jalan meski hari sudah larut.

Dengan rok pendek, mereka membagikan brosur untuk mengajak 'JK' atau 'joshi-kosei' kepada pengunjung kafe yang rata-rata adalah laki-laki dewasa.

JK adalah ajakan kencan berbayar yang ditawarkan gadis remaja Jepang, paling muda berusia 16 tahun. Joshi-kosei biasanya hanya sekadar jalan-jalan dan minum di kafe, tidak lebih.

"Sebagian besar (pelanggan) berusia 30-an, 40-an dan 50-an," kata Honoka yang masih berusia 18 tahun seperti dikutip CNN, Jumat 1 Januari 2016.

Gadis-gadis tersebut semua mengenakan seragam SMA. Dengan pekerjaan itu mereka mendapatkan sekitar US$8 dolar atau setara Rp110 ribu per jam.

Mereka hanya bersosialisasi dan melayani para pria yang usianya seringkali lebih dari dua kali usia mereka. Namun tidak dipungkiri kadang para pelanggan ingin meminta lebih dari gadis-gadis itu.

Dilarang kencan

Eli (16) mengatakan, pelanggan kadang minta kencan 'sepanjang waktu'. Meski beberapa kafe, seperti tempat Eli dan Honoka bekerja, melarang kencan atau berinteraksi dengan pelanggan di luar hal tersebut, sebab dianggap ada sisi gelap dan mengganggu bisnis JK ini.

CNN juga menemukan bisnis yang melayani pijat oleh gadis sekolah dengan masih menggunakan seragam, bahkan konon hanya memakai pakaian dalam.

Pihak berwenang dan advokat korban eksploitasi seksual memeringatkan praktik tersebut nyaris seperti perkosaan anak.

"Setelah Anda keluar dari toko, bahkan satu langkah, Anda dapat melakukan apapun yang Anda inginkan," kata advokat seorang korban kepada CNN.

Dalam laporan terbaru tentang perdagangan manusia, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat memperingatkan 'jaringan prostitusi canggih dan terorganisir menargetkan wanita Jepang dan anak-anak perempuan yang rentan'.

'Enjo Kosai' atau 'kompensasi kencan', kata laporan itu, 'terus memfasilitasi prostitusi anak di Jepang'.

Pemerintah gerah

Direktur Pusat Korban Perdagangan Manusia Lighthouse Shihoko Fujiwara mengatakan, perasaan malu yang kuat dan budaya menyalahkan korban di Jepang mencegah para korban untuk melaporkan.

Pemerintah Jepang sebenarnya sudah gerah terhadap eksploitasi seksualisasi terhadap anak-anak.

Baru pada Juni 2014 pemerintah akhirnya melarang kepemilikan barang berbau pornografi anak.

Namun aktivis mengkritik undang-undang tidak memasukkan anime dan manga. Yaitu animasi dan buku komik gaya Jepang yang memperlihatkan pelecehan seks anak.

Tetapi perwakilan industri anime dan manga membela dengan mengatasnamakan kebebasan berekspresi.

"Budaya yang kaya dan mendalam lahir dari sesuatu yang mungkin tidak dapat diterima oleh semua orang. Kita perlu membiarkan zona abu-abu untuk tetap eksis sebagai penyeimbang," kata Hiroshi Chiba, manajer rumah produksi manga Chiba Tetsuya Production.

Dengan pernyataan itu, dia mengakui bahwa beberapa produk industri anime dan manga menjijikkan.

Meski tidak ada kaitan antara anime, manga dan pelecehan anak, sebuah laporan tahun 2014 yang dikeluarkan oleh Badan Kepolisian Nasional Jepang (NPA) mengatakan bahwa jumlah korban pelecehan anak melonjak 20 persen antara 2011 dan 2012.

Ribuan anak

Pada 2013, lebih dari 6.400 anak-anak jadi korban kejahatan seks, termasuk 1.644 kasus pornografi anak dan 709 kasus pelacuran anak, menurut NPA.

Sebagian besar atau 85 persen kasus pornografi anak terkait dengan internet, kata laporan itu.

CNN menemukan video dijual di toko dewasa Tokyo masih memperlihatkan gadis sekolah masih berseragam tersenyum di depan kamera. Beberapa video bahkan konon diperankan anak usia sekolah dasar.

Pada Oktober, organisasi dan aktivis pejuang anti-pornografi anak meminta pemerintah untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi korban dan menindak para produsen dan konsumen dari pornografi anak.

"Tidak dapat disangkal bahwa Jepang tetap menjadi negara yang toleran terhadap pornografi anak," kata mereka dalam sebuah petisi yang ditandatangani oleh sejumlah LSM terkemuka, termasuk Lighthouse. (poy)

(rn/rn)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Nitelife Section