1. HOME
  2. NEWS
BOM

Siapa Leopard, Pelaku Teror Bom di Mal Alam Sutera?

Leopard yang mash berusia 29 tahun ini sudah empat kali melancarkan aksi teror bom di Mal Alam Sutera.

By Dwifantya Aquina 29 Oktober 2015 16:08
Mal Alam Sutera di Tangerang Selatan

Money.id - Ledakan bom yang terjadi di toilet lantai Lower Ground, Mal Alam Sutera, Tangerang Selatan pada Rabu kemarin, ternyata dilakukan oleh satu orang. Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Polisi Tito Karnavian memastikan bahwa pelaku teror bom tidak terkait jaringan terorisme.

Pelaku bernama Leopard Wisnu Kumala, warga Serang, Banten. Ia bekerja di PT Masindo Utama, perusahaan yang bergerak di bidang servis dan jasa instalasi untuk Industri telekomunikasi Indonesia.

Beberapa jam setelah kejadian, Tim dari Polda Metro Jaya dan Densus 88 berhasil mengamankan tersangka di kediamannya di Perumahan Banten Indah Permai, Kota Serang, Banten. Pria berusia 29 tahun itu diketahui kerap merakit bom di dalam kamar tidurnya.

Menurut Irjen Tito, tersangka merupakan pelaku teror yang dikenal dengan istilah lone wolf. Menurut dia, Leopard adalah orang baru dan tidak terkait dengan jaringan teroris yang sudah dipetakan pihak kepolisian selama ini.

"Saat ini di dunia dikenal istilah lone wolf, di mana dia tidak terkait jaringan terorisme tetapi melakukan teror sendirian. Ini menjadi fenomena penting karena sulit diungkap," kata Tito di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis 29 Oktober 2015.

Di dunia barat, istilah lone wolf ini merupakan modus teror baru. Sejalan dengan istilah lone wolf, pelaku belajar dan mempelajari segala sesuatu terkait bom seorang diri.

Pelaku melakukan perbuatan teror belajar dari internet dan melakukan inovasi dan serangan sendiri. Dalam teror yang dilancarkannya di Mal Alam Sutera kemarin, tersangka merakit bom sendiri dengan membuat jenis bom TATP (triacetone triperoxide). TATP merupakan jenis bahan peledak yang termasuk high explosive dan merupakan bahan peledak primer.

Bahan ini sulit dideteksi oleh pemindai sinar X atau X-Ray. Karena sulit dideteksi X-Ray, maka menjadi dasar pihak bandara melarang membawa penumpang pesawat membawa cairan di atas 150 ml untuk bagasi kabin. Peledak ini juga tidak stabil dan mudah dibuat dengan komponen rumah tangga seperti thinner.

"Bahan peledak ini termasuk high explosive," kata Tito.

Meski berdaya ledak tinggi, namun ledakan tak besar karena kuantitas bahan peledak yang sedikit. Tito sempat menyandingkan aksi pengeboman ini dengan aksi bom Bali yang sebenarnya menggunakan bahan peledak berdaya rendah namun dengan kuantitas besar.

Peras Pihak Mal

Kepada penyidik, Leopard mengaku sudah empat kali melancarkan aksinya di Mal Alam Sutera. Aksi pertama dilakukan tersangka pada 6 Juli 2015. Ia tertangkap kamera menaruh bom di rak obat serangga semprot di supermarket Food Hall, Mal Alam Sutera. Bom sengaja disimpan di dekat obat serangga agar efek ledakan lebih dahsyat. Namun bom ini tidak meledak.

Kemudian, yang kedua, pada 9 Juli 2015. Kala itu Leopard menaruh bom di toilet lantai dasar Mal Alam Sutera. Bom tersebut meledak dan melukai satu orang.

Selanjutnya, ia melancarkan aksi teror lagi pada 10 Oktober 2015. Leopard mengaku menaruh bom di WC kantin Mal Alam Sutera, tapi tak meledak. Selang 18 hari kemudian, yakni pada 28 Oktober 2015, Leopard mengaku menaruh bom di WC kantin Mal Alam Sutera. Kali ini bom meledak dan melukai satu orang.

Saat polisi menggerebek kediaman pelaku, polisi mengamankan lima bom aktif yang siap diledakkan. Sementara ada satu sisa bom lagi yang siap diledakkan. Lagi-lagi, bom tersebut rencananya juga akan diledakkan di Mal Alam Sutera.

Keempat aksinya ini jelas punya alasan. Setelah bom meledak, tersangka memeras pihak Mal Alam Sutera melalui surat elektronik atau email.

Ternyata Leopard mengaku bahwa pihak mal sudah sempat membayar sejumlah uang. Bukan dengan rupiah melainkan dengan bitcoin.

"100 Bitcoin," ujar tersangka ketika ditanya berapa yang pihak Mal Alam Sutera telah bayar.

1 Bitcoin sekitar Rp3,2 juta. Berarti 100 bitcoin setara dengan Rp320 juta.

 

(da/da)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From News Section