Menurut Battistella, orang Inggris mungkin minta maaf lebih sering, tapi ini tidak berarti mereka benar-benar menyesal. "Kita bisa menggunakannya untuk mengekspresikan empati. Jadi saya mungkin mengatakan 'maaf tentang hujan'," kata Battistella.

"Mungkin saja pembicara Inggris dan Kanada menggunakan 'maaf' lebih sering, tetapi mereka tidak akan meminta maaf secara sebenarnya."

Peneliti lain juga mengatakan hal yang sama tentang penggunaan 'maaf' untuk berkomunikasi diseluruh kelas sosial, dimana meminta maaf dijadikan sebagai hak istimewa.

Menurut Battistella, masyarakat Inggris ingin menunjukkan rasa hormat tanpa memaksakan pribadinya pada orang lain, dan tanpa menarik perhatian diri sendiri. Inilah karakteristik yang ahli bahasa sebut sebagai "kesopanan negatif" atau "permukaan negatif".

Orang Amerika, di sisi lain, adalah masyarakat yang memiliki karakteristik kesopanan positif, yang ditandai dengan keramahan dan keinginan untuk merasa menjadi bagian dari kelompok. Orang Inggris mungkin minta maaf lebih sering, tapi ini tidak berarti mereka benar-benar menyesal, kata Battistella.

Sebagai konsekuensinya, orang Inggris mungkin kadang-kadang menggunakan 'maaf' dengan cara yang terlihat aneh bagi orang luar, termasuk orang Amerika. Mereka mengatakan 'maaf' kepada seseorang yang tidak dikenal karena mereka ingin meminta informasi, atau duduk di samping orang tersebut.

Selain itu tidak mengatakan 'maaf' bagi orang Inggris akan dianggap sebagai invasi terhadap privasi orang asing.

"Penggunaan yang berlebihan, sering tidak pantas dan kadang menyesatkan. Dari kata maaf ini mengurangi nilainya, itu membuat bingung dan sulit bagi orang asing yang tidak terbiasa dengan cara kami," kata Fox. (els)

(ra/ra)