1. HOME
  2. NEWS
PAK RADEN

Potret Kehidupan Sang Maestro Dongeng, Pak Raden (II)

Pak Raden harus 'mengamen' demi mendapatkan sejumlah uang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, termasuk...

By Stella Maris 31 Oktober 2015 09:02
Suyadi alias Pak Raden (Kapanlagi.com)

Money.id - Pak Raden hadir mewarnai dunia anak di tahun 80an. Dengan logat Jawa yang kental, dia menjadi sosok fenomenal meski kini namanya sudah 'ditanggalkan' di batu nisan.

Perjuangannya mengedukasi anak-anak dengan tayangan Si Unyil pun tak akan pernah dilupakan. Awalnya tak ada yang menyangkan kalau hidup sang maestro dongeng itu, jauh dari kecukupan.

Pak Raden harus 'mengamen' demi mendapatkan sejumlah uang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, termasuk pengobatan dari penyakit degenetarif yang dideritanya. Ya, seniman multi talenta itu tak mendapatkan royalti dari Perum Produksi Film Negara (PFN) atas karya ciptaannya, boneka Unyil.  

Gayung Bersambut
Polemik hak cipta boneka si Unyil antara Perum PFN dan Pak Raden dinilai Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) tak begitu rumit, asalkan ada kesepakatan diantara kedua belah pihak.

Dalam perjanjian sebelumnya Pak Raden telah menyerahkan karaker Unyil dan 11 gambar tokoh karakter lain dalam serial Si Unyil yang disiarkan di TVRI itu. Pak Raden menandatangai perjanjian dengan PFN terkait pengurusan hak cipta hanya dalam jangka waktu lima tahun (1995-2000).

Pada 2012, pria yang sempat belajar animasi di Prancis itu memutuskan untuk meminta royalti atas perjanjian tersebut. Namun ternyata, PFN menilai kesepakatan mereka bukan berlaku lima tahun, melainkan selamanya.

Alasannya karena biaya pembuatan karakter-karakter tersebut telah ditanggung sepenuhnya oleh PFN. Dua tahun menunggu atau pada 14 April 2014, PFN membuat perjanjian lisensi dengan Pak Raden.

Isi perjanjian itu mengenai adanay pengelolaan hak ekonomi karakter serial Si Unyil selama 10 tahun. Bukan hanya itu, kontrak progresif ikut diberlakukan.

Itu artinya Unyil bukan lagi disebut sebagai boneka, tapi juga karakter yang meliputi produk tiga dimensi, lukisan, dan lain sebagainya. Dengan demikian, karakter Unyil dapat bebas dikembangkan dalam bentuk karya kreatif.

Meski demikian, pihak PFN enggan memberitahu mengenai porsi pembagian royalti dengan Pak Raden. Usai pembaharuan perjanjian dilakukan, Pak Raden sempat ditawari uang Rp10 juta per bulan dari Dahlan Iskan yang saat itu menjabat sebagai Meteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu.

Uang tersebut diberikan sebagai bentuk penghargaan dan gaji Pak Raden, namun uang tersebut ditolak Pak Raden. Dia tak ingin disebut-sebut telah menerima kompensasi dari BUMN.

Rumah Gratis
Pak Raden memang tak memiliki rumah layak huni. Hal tersebut membuatnya harus berpindah dari rumah saudara yang satu ke rumah lainnya. Namun belum lama ini, dia baru saja menerima apresiasi dari Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) dan sebuah rumah stasiun televisi swasta.

Rumah tersebut diberikan atas nama Pak Raden. Namun belum sempat ditempati, Pak Raden sudah tutup usia karena penyakit yang dideritanya. Dia bahkan tak sempat mengisi sebuah acara Festival Dongeng Internasional Indonesia yang rencananya akan diselenggarakan pada 1 November 2015.




(sm/sm)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From News Section