1. HOME
  2. DIGITAL
UBER TAXI

Dalam Setahun Uber Merugi Rp13 Triliun di China

Pangsa pasar Uber di negara itu sangat kecil jika dibandingkan dengan Didi Kuaidi, layanan serupa Uber yang asli China.

By Adhi 20 Februari 2016 16:27
Uber (kentuckylawjournal.com)

Money.id - Uber, layanan transportasi berbasis aplikasi, dilaporkan mengalami rugi sebesar US$ 1 miliar (Rp13,5 triliun) dalam setahun di China akibat persaingan yang sengit.

Kerugian itu diungkapkan oleh CEO Uber, Travis Kalanick, dalam sebuah acara tertutup di Vancouver, menurut situs berita teknologi Kanada Betakit. Dan Uber China belakangan membenarkan laporan tersebut kepada Reuters.

Uber, perusahaan yang berkantor pusat di AS, membuka cabangnya di China pada 2014 dan bersaing dengan taksi berbasis aplikasi lokal, Didi Kuaidi.

Uber sendiri tersedia di lebih dari 40 kota di Tiongkok. Tahun lalu Uber mengumumkan akan memperluas jangkauan ke 100 kota di China dalam waktu 12 bulan.

"Kami mendapatkan keuntungan di AS, tetapi kami kehilangan US$1 miliar (Rp13,5 triliun) dalam setahun di China," kata Kalanick seperti dikutip dari Betakit, Sabtu 20 Februari 2016.

Dia menggambarkan, China sebagai pasar internasional terbesar bagi perusahaan. Namun pangsa pasar Uber di negara itu sangat kecil jika dibandingkan dengan Didi Kuaidi, layanan serupa Uber yang asli China.

"Kami memiliki pesaing yang sengit sehingga tidak menguntungkan di setiap kota yang ada. Mereka benar-benar menguasai pangsa pasar," lanjut Kalanick.

Sebelumnya, Kalanick mengatakan pasar perusahaannya di China meningkat dari 1% pada awal 2015 lalu menjadi 30% sampai 35%.

Didi Kuaidi - yang didukung oleh perusahaan teknologi raksasa China Tencent dan Alibaba - juga bermitra dengan pesaing Uber yaitu Lyft.

Kalanick mengatakan baru-baru ini dia meningkatkan modal US$ 200 juta (Rp 2,7 triliun) untuk membantu perusahaannya bersaing di pasar yang masih longgar.

(a/a)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Digital Section