1. HOME
  2. NEWS
INTERNASIONAL

Buka Warung Bakmi Dekat Pesaing, Pedagang di China Diancam Dibunuh

Xian mengatakan dia rugi 4.500 yuan (sekitar Rp8,9 juta) setiap harinya.

By Dwifantya Aquina 27 Juli 2016 15:07
Pedagang bakmi muslim di China diancam dibunuh (Weibo)

Money.id - Seorang pria di Shanghai, China menjadi korban amarah bahkan ancaman pembunuhan lantaran dianggap melanggar 'perjanjian' dengan membuka restoran bakmi yang terlalu dekat dengan restoran lainnya.

Xian Guolin telah menguras seluruh tabungan dan menggadaikan rumahnya untuk membuka restoran bakmi, Alilan Beef Noodles, di jalan Nanjing, China.

Dia menjual bakmi 'lamian' yang terkenal dengan proses pembuatannya ditarik dengan tangan dan disajikan dengan kuah panas serta irisan daging sapi.
Namun, dalam hitungan jam sejak rumah makan tersebut dibuka, Guolin diprotes oleh penjual bakmi lainnya yang meminta usahanya ditutup.

Seperti halnya pembuat bakmi lamian lainnya, Xian adalah seorang muslim dari suku Hui yang berasal dari Provinsi Gansu di China.

Para pedagang bakmi mengatakan Xian telah melanggar perjanjian Shaanxi-Gansu-Ningxia yang telah diterapkan berdekade-dekade lamanya antara orang-orang Hui yang mencegah siapapun untuk membuka restoran bakmi daging sapi yang berjarak 400 meter dengan restoran yang sudah ada.

Dokumen perjanjian tersebut mempromosikan 'keharmonisan dan kestabilan' pasaran bakmi dan siapa saja yang melanggarnya akan menghadapi konsekuensi dan mendapat kerugian keuangan.

Ma Jinglong, penyelenggara protes dan seorang muslim Hui yang memiliki dua restoran bakmi di dekat Alilan Beef Noodles, mengatakan kepada kantor berita The Sixth Tone bahwa perjanjian tersebut 'tidak memiliki dasar hukum' tapi kebanyakan pemilik restoran tetap menerapkannya.

Saat Xian menolak menutup usahanya, restoran tersebut didatangi sekitar 100 orang yang mengancam para karyawan dan menghalangi pembeli untuk datang.

Kelompok pemrotes terus berdiri di depan restoran selama berminggu-minggu walaupun polisi sudah ikut campur. Xian mengatakan dia rugi 4.500 yuan (sekitar Rp8,9 juta) setiap harinya.

"Beberapa orang berdiri di pintu dan mencegah pembeli datang, sedangkan lainnya memaki-maki saya dan pelayan. Mereka mengancam keluarga saya akan dibunuh kecuali kalau saya menutup rumah makan," kata Xian dikutip dari BBC, Rabu 26 Juli 2016.

Dia ditawari 300.000 yuan (sekitar Rp591,2 juta) untuk menutup usahanya tapi ditolaknya. Xian sudah menginvestasi 1,5 juta yuan (sekitar Rp2,9 miliar).

Diunggah ke media sosial

Xian menggunakan media sosial lokal, Weibo, untuk mendokumentasikan perkara ini dan tagar #BeefNoodleGate menjadi tren hingga menarik perhatian pengguna kalangan atas. Topik ini sudah dikomentari sebanyak 400.000 kali dan legalitas perjanjian tersebut menjadi bahan perbincangan.

Setelah 20 hari, pihak berwenang menyelesaikan perkara ini dan menyuruh Xian menghapus kata 'daging sapi' dari nama restoran serta logo halal sehingga tidak lagi 'berkompetisi' dengan rumah makan muslim lainnya.

Xian menulis dalam Weibo bahwa bisnisnya 'kembali normal' dan berterima kasih pada pendukungnya.

Namun, beberapa orang menyatakan bahwa tindakan ancaman kepada Xian tidak diproses secara hukum. Mereka juga menambahkan bahwa 'geng bakmi' menang.

(da)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From News Section