1. HOME
  2. INSPIRATORY
KISAH INSPIRATIF

Kisah Pahit Kusrin, Mulai Ditipu Sales hingga Dibui Akibat TV Rakitan

Perjuangan Kusrin menjalani usaha perakitan televisi sangat berat, uangnya sebesar Rp300 juta sempat dibawa kabur sales.

By Rohimat Nurbaya 20 Januari 2016 19:40
Muhammad Kusrin (Money.id/Ben Satriyan)

Money.id - Nama Muhammad Kusrin mendadak heboh diberitakan media setelah 116 televisi hasil rakitannya dimusnahkan Kejaksaan Negeri Karanganyar, Jawa Tengah.  Kusrin dinyatakan bersalah karena produk yang diciptakan belum berlabel SNI.

Tempat usaha Kusrin sempat digerebek pada Maret 2015 oleh aparat kepolisian dari Polda Jawa Tengah, kemudian ratusan televisi hasil rakitannya disita dan dijadikan barang bukti. Setelah vonis keluar semuanya dimusnahkan.

Banyak orang bersimpati pada pria yang hanya lulusan sekolah dasar tersebut. Masyarakat tidak terima orang kreatif seperti Kusrin dijegal begitu saja. Protes digulirkan melalui platform petisi terbesar di dunia, Change.org.

Setelah ada petisi mendukung Kusrin, pemerintah melalui Kementrian Perinsdustrian langsung mengambil tindakan, akhirnya produk Kusrin diberi label SNI. Akhirnya dia bisa meyambung hidup kembali setelah sekitar satu tahun memilih berhenti berkarya.

Belajar otodidak

‎Kemampuan Kusrin mengotak-atik barang elektronik ternyata dipelajari secara autodidak. Tidak ada guru yang membimbing, modalnya hanya nekat dan kemauan saja.

Kusrin mengaku, saat duduk di bangku sekolah dasar, dia pernah mencoba memperbaiki radio milik ayahnya yang hanya seorang petani. Pria 42 tahun itu sempat dimarahi, karena radio kesayangan ayahnya tidak bisa dihidupkan lagi.

"Saat SD pernah ngudal-ngudal radio milik bapak. Bapak sempat marah, karena zaman dulu kan cuma radio itu yang jadi hiburan bapak," ujar Kusrin saat ditemui di kediamannya.

Selepas lulus sekolah dasar, orangtua Kusrin tidak sanggup membiayai anaknya sekolah ke jenjang lebih tinggi. Namun dia sempat dimasukkan ke pondok pesantren untuk belajaran hafalan Alquran. "Tapi cuma dapat tujuh juz hafalan Alquran " tuturnya.

Kusrin bersama Menperin, Saleh Husin (salehhusin.net)

Meski hanya berbekal ijazah SD, Kusrin memberanikan diri merantau ke Jakarta. Karena pendidikannya terbilang rendah, dia hanya jadi kuli bangunan di Ibu Kota. Kusrin mengaku, itu pun tak bertahan lama, baru beberapa bulan tinggal di Jakarta langsung memilih pulang ke kediaman orangtuanya di Boyolali, Jawa Tengah.

"Pulang ke kampung, karena sudah tidak ada pekerjaan lagi di Jakarta, saya suka brik-brikan (bermain handy talky). Nah dari situ saya dapat banyak teman-teman yang kebetulan pintar otak-atik barang elektronik," ucap dia.

Mendapat komnunitas yang cocok dengan hobinya mengotak-atik barang elektronik, lelaki kelahiran 5 Mei 1979 itu terus belajar kepada rekan-rekannya. Dia pun kerap membantu temannya yang sudah lebih dulu menawarkan jasa servis barang elektronik.

Keberuntungan berpihak pada Kusrin, setelah memiliki kemampuan memperbaiki barang elektronik, kemudian dia diajak oleh temannya bekerja jadi teknisi perakitan televisi rekondisi. "Waktu ikut kerja orang lain, cukup lama, sekitar tujuh tahun," kenangnya.

Bangun usaha

Setelah merasa cukup bekerja di perusahaan orang lain, akhirnya Kusrin buka usaha sendiri, tepatnya pada 2011. Dengan modal sangat terbatas tetapi tetap memberanikan diri merintis sendiri usahanya dengan nama UD Haris Elektronik. ‎

Dia melakoni bisnis televisi rekondisi dengan memanfaatkan tabung monitor komputer bekas. Kemudian casing dan printed circuit board atau (PCB) didatangkan dari Semarang. "Jadi monitor bekas kemudian casing dan PCB-nya baru," jelas dia.

Kusrin mengaku, membangun usaha sendiri, tak semudah membalikkan tangan. Dia jatuh bangun agar televisi rakitannya tetap eksis. Parahnya lagi, Kusrin pernah ditipu oleh sales yang menjajakan televisi rakitannya ke toko-toko kecil.

"Uang Rp300 juta dibawa lari sama sales-sales itu," ujarnya.

Kusrin mengaku usahanya tersebut sudah mengantongi izinan untuk memproduksi televisi rakitan. Surat Keterangan Usaha (SHU) dan SIUP sudah dikantonginya.Namun, SNI dan paten merk belum didapatnya. 

Televisi hasil rakitan Kusrin dimusnahkan Kejaksaan (Change.org)

Bukannya tanpa usaha, dia pernah menanyakan cara agar produknya bisa diberi label SNI ke inas Perindustrian Karanganyar. Tapi menurut pengakuannya tidak ada solusi sama sekali. Namun akibat terlalu nekat memproduksi televisi rakitan tanpa label SNI akhirnya Kusrin digerebek oleh aparat kepolisian dari Polda Jawa Tengah.

Kusrin terbukti‎ melanggar pasal 120 jo Pasal 53 ayat (1) huruf B UU RI No 3 tahun 2014 tentang Perindustrian dan/atau Pasal 106 UU RI No 7 tahun 2014 tentang Perdagangan dan/atau Pasal 62 ayat (1) UU RI No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Negara.

Kusrin divonis enam bulan penjara dengan masa percobaan satu tahun dengan denda Rp2,5 juta. Setelah divonis akhirnya dia berhenti merakit televisi selama satu tahun. Dalam satu tahun itu, tidak ada pemasukan sama sekali.

"Kami mulai merakit lagi sejak seminggu terakhir. Ini karyawannya sekarang cuma 13. Kalau dulu ada sekitar 30 karyawan," imbuhnya.

Fokus kembali

Kusrin menganggap, vonis penjara enam bulan itu hanya sebagai bagian dari perjuangannya menciptakan produk dalam negeri. Setelah mendapat label SNI dari pemerintah dia memilih melupakan kejadian itu dan fokus pada usahanya.

Dalam satu hari, Kusrin bisa merakit sekitar 100 unit televisi. Televisi tabung itu dipasarkan ke toko-toko kecil di beberapa daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Meski saat ini dia hanya boleh memproduksi televisi tabung, namun Kusrin tetap optimis produknya banyak diminati masyarakat. Dia tidak takut dengan menjamurnya televisi LCD dan LED.

"Televisi tabung itu masih banyak peminatnya," terangnya.

Namun menurutnya saat ini yang menjadi kendala adalah modal yangt minim, mengingat satu tahun terakhir ini tidak berproduksi. "Ya, karena ada kasus ini, saya habis-habisan. Kita setahun tidak produksi," ucap dia.

Kusrin mengatakan, televisi hasil rakitannya dinamai Maxreen dan Zener. Untuk nama Maxreen itu merupakan plesetan dari nama panggilan dia sendiri. Orang-orang sekita memanggilnya 'Mas Rin'. Kemudian supaya lebih keren penulisannya diganti jadi Maxreen.

"Kalau yang Zener itu diambil dari kosakata dalam bidang elektronika, artinya pembatas arus, " ujarnya.

(Laporan:  Ben Satriyan/SOLO)

(rn/rn)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Inspiratory Section