1. HOME
  2. FINANCE
PERTAMINA

Pertamina Targetkan Rasio Cadangan Migas Naik 400 Persen

Upaya yang dilakukan Pertamina saat ini adalah menahan penurunan produksi dengan menggunakan teknologi tepat guna.

By Rohimat Nurbaya 20 Agustus 2016 16:06
Kantor Pertamina (Pertamina.com)

Money.id - PT Pertamina (Persero) memproyeksikan rasio cadangan migas atau reserve replacement ratio (RRR) tumbuh 200 hingga 400 persen per tahun. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.

Ketua Tim Tata Kelola (Tranformasi) Upstream Pertamina, Bambang Manumayoso mengatakan upaya yang dilakukan tidak hanya bisa bertahan saat ini, namun bagaimana tetap bisa tumbuh ke depannya. Hal ini dilakukan karena Pertamina merupakan kepanjangan tangan pemerintah yang harus mengamankan energi nasional.

"Pertamina adalah Indonesian Flag Carrier. Pertamina yang menurut undang-undang, satu-satunya yang harus menjaga ketahanan energi nasional, baik migas maupun geothermal," kata Bambang dikutip dari laman Pertamina.

Menurut dia, upaya yang dilakukan Pertamina saat ini adalah menahan penurunan produksi dengan menggunakan teknologi tepat guna. Kemudian, Pertamina juga harus terus melakukan eksplorasi untuk menggantikan maupun menambah cadangan yang sudah diproduksikan.

"Strategi hulu Pertamina yaitu bagaimana caranya produksi dan reserve replacement ratio (RRR) migas harus bisa naik, sehingga reserves yang sudah diproduksikan dapat digantikan dengan reserves baru yang lebih tinggi," kata Bambang yang juga menjabat Direktur Pengembangan PT Pertamina Hulu Energi.

Dia menegaskan, Pertamina memproyeksikan pertumbuhan produksi migas 8 persen per tahun sepanjang 2015-2030. Pada periode 2010-2015, performance produksi migas perseroan rata-rata tumbuh 6 persen per tahun dengan cadangan migas rata-rata meningkat 4,4 persen per tahun.

Bambang mengatakan kata kunci lain untuk bertahan terhadap dampak penurunan harga minyak adalah pada biaya produksi per barel. Jika pada Agustus 2014, harga minyak masih sekitar US$70 per barel, pada Februari 2016 harga anjlok hingga mencapai US$26-US$27 per barel.

"Pertamina memiliki tantangan besar. Namun dengan berbagai upaya yang dilakukan Pertamina tetap bisa survive, meski keuntungan yang diperoleh juga menurun," kata dia.

Untuk itu, kata Bambang, yang dilakukan Pertamina adalah mengubah paradigma lama yang cenderung 'Production at any Cost' menjadi Creating More Values (Production dan Value of Investment) dari semua asetnya.

Kata dia, Pertamina terus melakukan proses diferensiasi terhadap semua asetnya, dengan menggunakan clustering asset dan portofolio sehingga tampak aset mana yang dapat memberikan dampak nilai terbesar hingga terendah.

"Dari gradasi tersebut masing-masing aset akan dievaluasi berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk dapat memberikan nilai positif bagi perusahaan," ujarnya.

Bambang menambahkan, paradigma bisnis model upstream baru Pertamina terus digencarkan. Secara operasional seperti peningkatan kinerja baik dari sisi volume maupun value, optimasi investasi (Capex), melakukan aksi nyata untuk pertumbuhan (terutama Business Portfolio), implementasi Operational Excellence pada setiap proyek-proyek berdampak besar bagi Pertamina, pembenahan berkelanjutan untuk proses bisnis dan pengembangan SDM.

Efisiensi dan rasionalisasi program juga terus dilakukan, dengan menurunkan biaya per barel. Jika dulu beberapa aset dengan operating cost di atas US$30 per barel, sekarang bisa ditekan di bawah US$20 per barel. "Rata-rata sudah turun semua. Dari segitu banyak bisa kami turunkan. Jadi biaya-biaya operasional dikurangi," ujarnya. (poy)

(rn/rn)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Finance Section