Money.id - Seorang pria yang menderita lumpuh pada kakinya kini telah mampu berjalan lagi menggunakan kekuatan pikiran. Para ahli memanfaatkan gelombang otak pria berusia 26 tahun itu untuk memungkinkan dia menggerakkan kakinya sendiri.

Langkah pria itu tampak goyah dan dia sangat membutuhkan dukungan, namun ia berhasil berjalan hingga lebih dari 3 meter. Sebuah keajaiban modern ini menawarkan harapan kepada ribuan orang yang bergantung pada kursi roda.

Pria yang namanya dirahasiakan ini, kehilangan kekuatan atas kedua kakinya setelah tulang belakangnya patah dalam sebuah kecelakaan sepeda motor lima tahun lalu. Otaknya masih mampu menghasilkan pikiran yang diperlukan untuk menggerakkan kaki dan otot-ototnya yang sehat, tetapi kerusakan tulang punggungnya membuat sinyal otak ke otot-ototnya berhenti.

Kisah Pilu Pria yang Hidup Dalam Paru-paru Besi

Dilansir DailyMail, Kamis 24 September 2015, untuk mengembalikan kemampuannya, pria itu mengenakan topi bertahta elektroda yang dapat menangkap aktivitas otaknya. Informasi ini dikirim secara nirkabel ke komputer dan diterjemahkan sebelum dikirim ke elektroda sekitar lututnya. Ini merangsang otot-ototnya, sehingga dia mengayunkan kakinya.

Dia membutuhkan penyangga besi pada kakinya, tapi ia merasa cukup percaya diri saat berjalan dan mengobrol dengan para peneliti Amerika Serikat yang mengembangkan teknologi tersebut.

Pria itu melakukan latihan selama sebulan untuk mempelajari kembali cara berjalan, termasuk fisio-terapi untuk memperkuat otot-ototnya, dan pelatihan otak, yang melibatkan bermain video game sambil mengenakan topi dan menggunakan pikirannya untuk mengontrol gerakan karakter di layar.

Warteg Kini Ada di Korea Selatan Loh

Ini adalah pertama kalinya pasien lumpuh menggunakan kaki mereka sendiri, bukan exoskeleton-- kerangka bertenaga baterai yang ditempelkan di sekitar anggota badan.

Salah satu dokter, An Do, spesialis cedera tulang belakang di University of California di Irvine, mengatakan metode mereka 'menjanjikan' perbaikan yang lebih baik dari pada menggunakan exoskeleton. Teknologi ini bisa menggunakan chip pada otak, menurut Journal of NeuroEngineering and Rehabilitation.