1. HOME
  2. NEWS
KESEHATAN

Kisah Pilu Pria yang Hidup Dalam Paru-paru Besi

Hidup dalam paru-paru besi tak membuat Alexander berhenti berkarya.

By Dwifantya Aquina 24 September 2015 13:00
Paul Alexander dalam paru-paru besinya (Youtube)
Apa rasanya hidup di dalam kerangkeng besi selama lebih dari 60 tahun? Bagi kebanyakan orang, menghabiskan sebagian besar hidup dengan terbelenggu di dalam kotak besi, adalah hal yang tidak mungkin.
 
Namun, bagi Paul Alexander (67) itu adalah sesuatu hal yang mungkin. Saat masih kanak-kanak, Alexander adalah korban penyakit polio. Pada usia 6 tahun, ia benar-benar mengalami kelumpuhan akibat penyakit tersebut, paru-parunya berhenti bekerja, hingga akhirnya ia harus menggunakan alat bantu paru-paru besi.
 
Puluhan tahun Alexander hidup dalam paru-paru besi dalam kelumpuhan, ia hanya mampu menggerakkan kepala, leher dan mulutnya. Dia adalah salah satu dari sekitar tujuh orang di Amerika Serikat yang masih hidup di paru-paru besi.
 
Namun, hidup dalam paru-paru besi tak membuat Alexander berhenti berkarya, ia memiliki karier yang panjang dan sukses sebagai pengacara.
 
Kontroversi Rizal Ramli yang Jadi Sorotan di Kabinet Kerja
 
"Selama bertahun-tahun, saya sudah bisa melarikan diri mesin ini selama beberapa jam pada suatu waktu dengan mengajar sendiri pernapasan sukarela," kata Alexander saat ia berbaring di dalam paru-paru besi di rumahnya di Dallas, Texas, seperti dikutip dari Healthday.com
 
Alexander tak pernah putus asa dengan apa yang dialaminya. Terkadang, Alexander juga kesal hidup dalam paru-paru besi. Namun, ia berterima kasih kepada alat tersebut karena telah membuatnya hidup sampai sekarang sejak pertama kali masuk di tahun 1930-an.
 
"Saya harus mendorong udara ke paru-paru saya, sesuatu yang dilakukan tanpa sadar oleh hampir semua orang. Ini kerja keras, tapi memungkinkan saya untuk melarikan diri perangkat neraka ini, meski hanya untuk sementara," tuturnya.
 
Kehidupan Alexander dalam paru-paru besi sangatlah sulit dijalani. Dia tetap merasakan rasa sakit pada bagian tubuhnya, dan juga lelah saat bernapas. Ia juga menjalani home-schooling, karena rasa ingin tahunya sangatlah besar.
 
Dia mampu menulis dengan mulutnya dan menggerakannya dengan menggunakan otot leher. Dengan tekad pantang menyerah yang dimilikinya, Alexander mampu lulus dari SMA dan diterima di Southern Methodist University di Dallas dan University of Texas di Austin.
 
Tak hanya itu, ia juga mendapat beasiswa dari tempatnya berkuliah, sehingga ia mendapat perawat gratis. Setelah menjalani beberapa tahun berkuliah, Alexander lulus dengan gelar sarjana hukum.
 
Apa Kabar Mega Proyek Tanggul Laut Raksasa?
 
Dia kemudian membuka praktik swasta yang menangani sesuatu tentang hukum keluarga untuk kasus keuangan. Dengan bantuan dari perawat dan temannya, ia mampu keluar dari paru-paru besi selama beberapa jam dan duduk di kursi roda untuk membahas kasus kliennya.
 
Banyak orang yang selalu bertanya kepadanya bagaimana caranya ia tetap ceria dan tak menyerah meski tak bisa bergerak selama lebih dari 60 tahun.
 
Alexander menjawab, "Ini semua dimulai dengan cinta. Orangtua saya membesarkan saya dengan cinta. Mereka mengajari saya untuk tidak pernah menyerah. Mereka mengajari saya pentingnya suatu hubungan. Mereka selalu ada untuk saya."

(da/da)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From News Section