1. HOME
  2. NEWS
AIRASIA

Kesalahan Fatal yang Membuat Air Asia Jatuh

Investigasi dilakukan selama 11 bulan.

By Rohimat Nurbaya 2 Desember 2015 05:07
Pesawat AirAsia (airbus.com)

Money.id - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengumumkan hasil investiasi kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 di perairan Selat Karimata, Kalimantan Tengah, pada 28 Desember 2014.

Pelaksana Tugas Sub Komite‎ Kecelakaan Pesawat Udara KNKT sekaligus investigator KNKT, Nurcayo Utomo mengatakan investigasi dilakukan selama 11 bulan.

"Awalnya terdapat tiga gangguan pada Rudder Travel Limiter (RTL) yang mengaktifkan peringatan sebanyak empat kali," kata Nurcahyo di kantor KNKT, Selasa 1 Desember 2015.

Sebenarnya, penanganan terhadap gangguan itu sudah ditangani sesuai prosedur oleh pilot dan kopilot. Penanganan itu dilakukan dari Electronic Centralized Aircraft Montioring (ECAM).

Namun, ketika gangguan keempat muncul pada pukul 06.15 WIB, ternyata beda dengan sebelumnya. Pada penanganan keempat ini inisiatif pilot malah membuat peringatan kelima dan keenam muncul. ‎

Inisiatif tadi membuat arus listrik ke Flight Augmentation Computer (FAC) menjadi terputus. Hal itu disebabkan karena dicabut atau diresetnya Circuit Breaker (CB) pada FAC.

"Padahal, FAC itu mengontrol 7 komponen penting. Salah satunya RTL," ucap dia.

Nurcahyo memperkirakan, tindakan penanganan itu dilakukan, karena pada 25 Desember 2014 atau tiga hari sebelum Air Asia QZ8501 kecelakaan, teknisi sempat melakukan hal serupa.

Berdasarkan pengakuan teknisi yang diwawancari KNKT, kebetulan saat itu Pilot Irianto melihat apa yang dilakukan teknisi itu.

Ketika itu teknisi mencabut circuit breaker pada FACdicabut ketika masih di darat. Saat itu pesawat Air Asia QZ8501 itu akan terbang dari Surabaya, Jawa Timur menuju Kuala Lumpur, Malaysia.

‎"Setelah gangguan keempat, sepertinya penanganan tidak sesuai dengan masalah (prosedur). Ini human factor, karena pilot melihat teknisi mereset FAC," ujar Cahyo.

Akibat inisiatif tersebut, FAC mati, maka tujuh komponen, termasuk RTL menjadi tidak berfungsi, termasuk auto-pilot dan auto-thrust. Lalu pilot dan kopilot mengambil kemudi secara manual.

Saat perubahan kemudi itu kemudian rudder atau kemudi yang berada di ekor pesawat bergerak sendiri dua derajat ke kiri.

Akibatnya, selama sembilan detik, pesawat terus mengalami kemiringan dua derajat tiap detik. Selama sembilan detik itu, pesawat terus miring sampai 54 derajat.

"Selama sembilan detik ada kekosongan input dari dua kemudi pesawat. Kemungkinannya terjadi miskomunikasi antara pilot dan kopilot," kata dia.

Saat itu pilot menginstruksikan 'pull down'. Maksudnya pilot ingin mengatakan 'push down' supaya pesawat turun, tetapi kopilot menangkap 'pull up' dan menarik kemudi supaya pesawat ke atas.

Logikanya saat itu terjadi tarik menarik antara pilot dan kopilot. Satu mendorong pesawat ke bawah dan satu lagi mengangkat ke atas. "Kami melihat ada komunikasi yang tidak efektif," ujarnya. (poy)

(da/rn)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From News Section