1. HOME
    2. INSPIRATORY
KISAH INSPIRATIF

Kisah Petani Ganteng Tinggalkan Gemerlap Jakarta demi Jadi Pengusaha

By Rohimat Nurbaya 12 Mei 2016 08:26
Melakukan pembinaan

Pembinaan

Dia mengatakan untuk memenuhi semua permintaan jamur itu tentunya butuh modal dan sumber daya manusia yang banyak. Dengan kecerdikannya, Taufik tidak memikirkan semua kebutuhan itu sendirian.

Pemuda berperawakan tinggi itu menggandeng para petani untuk dibina dengan dimodali oleh investor yang didatangkan Taufik.

"Kalau yang saya danai itu kerjasamanya dengan investor. Pembagian hasilnya 30 persen investor, petani 20 persen dan pengelola 50 persen," tutur Taufik.

Menurut dia, angka 20 persen dari total hasil panen jamur itu sangat besar. Pasalnya menjadi buruh tani di Pangalengan sangat murah, per hari hanya dibayar Rp20 ribu. Apabila ikut budidaya jamur bisa lebih dari itu.

"Sekarang daripada jadi buruh tani, mendingan saya bina untuk budidaya jamur. pendapatannya lebih banyak," jelasnya.

Pekerja pembuatan media tanam jamur, Villa Mushroom Agrifarm (Facebook)

Selain itu menurut dia, pekerjaannya lebih mudah daripada jadi buruh tani. Kata dia, budidaya jamur hanya menyiram dan panen, serta tidak perlu panas-panasan. "Selain itu bisa sambil mengerjakan pekerjaan lain," tutur Taufik.

Dari sejak awal pembibitan atau istilah inokulasi hingga jamur siap dipanen butuh 40 hari. Kemudian setelah panen pertama, bisa panen lagi hingga empat kali. Jadi dengan kata lain. Dengan sekali pembibitan bisa langsung lima kali panen.

"Selang waktunya dua minggu dari panen pertama ke panen kedua dan seterusnya," imbuhnya.

Saat ini sudah ada sekitar tujuh orang investor yang masuk. Jumlah tersebut, kata Taufik masih sangat kurang. Dia menargetkan ada 20 investor yang masuk untuk memenuhi permintaan jamur 1 ton per hari. Selain itu, dengan 20 investor tersebut jumlah orang di desanya bisa lebih banyak yang dimanfaatkan, termasuk beberapa keluarganya sendiri.

(rn/rn)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Inspiratory Section