1. HOME
    2. INSPIRATORY
KISAH INSPIRATIF

Kisah Tawan 'Iron Man' Ciptakan Tangan Robot dari Barang Rongsokan

By Rohimat Nurbaya 20 Januari 2016 16:47
Tawan Sempat Lima Kali Gagal

Sempat gagal

Kemudian Tawan merakit alat tersebut, dia lima kali bereksperimen dan mengalami kegagalan. Rupanya, dibutuhkan alat sensor otak yang sulit dicari di Indonesia.

Dia pun memesannya secara online. Tak tanggung-tanggung, alat itu dibeli dari Amerika Serikat seharga Rp4,7 juta.

Begitu alat tersebut dipasang, alat bantu yang dirakit sendiri oleh Sumardana itu bekerja maksimal.

Tawan girang bukan main setelah tangan kirinya kini dapat kembali menghasilkan rupiah.

"Ya sekarang senang karena tangan saya sudah bisa bekerja normal lagi. Anak saya kalau ke sekolah sekarang sudah bawa uang jajan," kata Tawan.

Sebelumnya, tidak ada bantuan apapun dari pemerintah untuknya. Namun setelah namanya tenar di media ada salah satu pejabat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Karangasem, Bali meyambanginya.

"Pemerintah cuek. Tidak ada bantuan untuk saya. Dari dulu tidak ada bantuan. Ada Komisi I DPRD Karangasem datang ke sini. Ya, cuma lihat-lihat saja, biar terekspos kalau dia sudah bekerja," kata Tawan.

Butuh dua bulan

Proses perakitan robot tangan itu dilakukan Tawan selama dua bulan. Alat sensor pikiran yang dipasang di kepala akan mengalirkan arah gerak ke tangan kirinya melalui alat yang dipasang di punggung dan tangan kirinya.

Semua alat yang digunakannya adalah barang rongsokan semasa dia menjadi pemulung. Hanya alat di kepala yang dibelinya dalam kondisi baru.

Kemudian yang dia beli bari adalah satu unit CPU komputer yang dipasang di bagian belakang tubuhnya sebagai penggerak dari sensor di kepala.

"Saya mulai merakit alat ini sejak dua minggu begitu saya dinyatakan lumpuh oleh dokter," ujarya.

Sumardana mengaku telah mengidap kelumpuhan sejak enam bulan lalu. Dia tetap ingin melanjutkan bekerja sebagai tukang las untuk bisa menyekolahkan tiga anak laki-lakinya.

Kendati telah memiliki alat yang kini dapat kembali menggerakkan tangan kirinya, namun Sumardana mengaku alat tersebut cukup menguras energi dan pikirannya.

Sebab, ia harus berkonsentrasi dan fokus terhadap benda yang ingin diangkat atau diambilnya menggunakan tangan kiri. Meski sudah mampu membantunya bekerja, namun alat tersebut dianggap belum sepenuhnya sempurna.

Proses kerja

Dia menambahkan, proses kerja alat tersebut sangat sederhana, di kepala ada power supply yang berfungsi sebagai penangkap dan pembagi.

Lalu ada drone, elektroda dan lainnya, posisinya ditempel di kepala sebagai penangkap sinyal, alpa, delta, nata dan eta.

Selanjutnya ada pula tuning potensio, sensor ultasonik, sensor infra merah, sensor jumlah putaran dinamo. Tuning potensio merupakan rangkaian pengolah input dan output mikro kontroler.

Sensor ultrasonik, infra merah dan sensor jumlah putaran dinamo merupakan rangkaian penguat hasil (power). Lalu ada pula batre litiumoin. Ada pula Electro Encephalo Graphi (EEG). Semuanya tersambung kepada dinamo.

"Kalau dayanya lemah, maka harus di-carger. Biasanya malam, pukul 00.00 WITA hingga 07.00 WITA. Ketahanannya tergantung beban pekerjaan," ujar Tawan. (poy)

(Laporan: Berry Putra/Bali)

(rn/rn)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Inspiratory Section