1. HOME
  2. NEWS
NEWS

Studi: Anak Yatim Piatu Lebih Rentan Bunuh Diri

Hasil studi menyebut, anak-anak yang orangtuanya meninggal tiba-tiba memiliki risiko yang lebih besar mengalami depresi.

By Dwifantya Aquina 18 November 2015 07:04
Ilustrasi anak yatim piatu (

Money.id - Anak-anak yang kehilangan orang tuanya saat masih kanak-kanak cenderung melakukan bunuh diri ketika mereka sudah dewasa, menurut sebuah studi.

Studi terbaru yang dilakukan para peneliti di Aarhus University, Denmark, menemukan bahwa anak-anak yang orangtuanya meninggal ketika mereka masih kecil memiliki risiko melakukan bunuh diri di kemudian hari daripada yang orangtuanya hidup sampai mereka dewasa.

Sebelumnya, para peneliti di Denmark memiliki pandangan bahwa anak-anak yang kehilangan orangtua cenderung meninggal dalam 40 tahun ke depan daripada mereka yang orangtuanya bertahan sampai berusia minimal 18 tahun.

Tetapi setelah menggali data lebih dalam mereka menemukan fakta lain bahwa anak-anak yang kehilangan orangtuanya saat masih kanak-kanak cenderung melakukan bunuh diri.

Penelitian dilakukan dengan menganalisis data 7,3 juta penduduk anak-anak di Denmark, Swedia dan Finlandia pada tahun 1968 hingga 2008.

Mereka menemukan bahwa 189.094 anak-anak kehilangan orangtuanya sebelum berusia 18 tahun. Para peneliti kemudian membandingkan data tersebut dengan data 1,8 juta anak-anak yang orangtuanya tetap hidup hingga mereka berusia 18 tahun. Kedua data itu kemudian dipantau selama 40 tahun.

Hasilnya, risiko bunuh diri akan meningkat jika anak-anak kehilangan orang tua sebelum mereka mencapai usia 18 tahun, terutama jika mereka anak laki-laki. Risiko itu tidak memandang pada penyebab kematian orangtuanya, apakah bunuh diri atau tidak.

Meski hanya melihat data dan tidak bisa mengontrol faktor risiko seperti genetika, jaringan sosial dan gaya hidup keluarga, hasil penelitian itu didukung oleh studi sebelumnya dari University of Pittsburgh.

Disebutkan dalam penelitian Pittsburgh bahwa anak-anak yang orangtuanya meninggal tiba-tiba memiliki risiko yang lebih besar mengalami depresi dan gangguan stres pascatrauma.

Para peneliti Denmark menyimpulkan bahwa bahkan jika anak-anak terlihat seperti mereka baik-baik saja, terapi mungkin diperlukan. "Tujuan studi kami untuk mitigasi awal kesulitan untuk mengurangi risiko perilaku bunuh diri di kalangan anak-anak yang memiliki orangtua yang meninggal selama masa kanak-kanak," tulis hasil penelitian tersebut.

Meski pun penelitian terbatas pada ruang lingkup keluarga di Skandinavia, di mana akses ke perawatan kesehatan dan pelayanan sosial berlimpah, situasi ini bisa menimpa jutaan anak-anak yang tinggal di negara-negara tanpa dukungan seperti itu, atau di mana kematian orangtua menimbulkan dampak kesedihan yang mendalam.

(da/da)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From News Section