1. HOME
  2. SHOW-BIZ
ENGELINE

Ketika Skenario 'Untuk Angeline' Ditulis Sarjana Kriminologi

Bagaimana ending film yang terinspirasi dari kisah nyata kasus pembunuhan bocah cantik Engeline itu?

By Dian Rosalina 8 Januari 2016 07:21
Penulis skenario film 'Untuk Angeline' Lelelaila (Money.id/Dian Rosa)

Money.id - Kasus kekerasan anak yang menimpa Engline Margriet Megawe beberapa bulan lalu sontak menjadi perhatian publik tanah air maupun mancanegara. Bagaimana tidak, seorang anak perempuan diduga dianiaya oleh ibu angkatnya hingga kehilangan nyawa.

Melihat kasus tersebut, banyak pihak menginginkan agar hal tersebut tidak boleh terjadi lagi. Salah satu langkah membuat kekerasan tidak terjadi adalah lewat kampanye-kampanye anti-kekerasan anak. Sebuah perusahaan film terbaru, PT. Citra Visual Sinema sedang menyiapkan pembuatan film yang terinspirasi dari kasus Engeline.

Film drama yang berjudul 'Untuk Angeline' terinspirasi dari kasus yang menimpa Engeline. Namun yang membuatnya berbeda, film ini disetujui dan mendapat izin resmi dari ibu kandung Engeline, Hamidah.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana ide tersebut muncul, reporter Money.id, Dian Rosalina, mewawancarai penulis skenario film 'Untuk Angeline', Lelelaila di Jakarta, Kamis 7 Januari 2015.

Bisa ceritakan bagaimana awalnya Anda ingin membuat skenario film 'Untuk Angeline'?

Waktu itu aku ketemu sama mas Djito Banyu. Katanya dia mau kenalan sama aku untuk menulis sebuah film. Lalu aku tanya ingin mengangkat apa, begitu dia bilang mengangkat film mengenai Engeline, aku harus tahu dia ada di pihak mana.

Kalau dia ada di pihak yang bertentangan dengan ideologi aku, otomatis aku pasti akan menolaknya. Karena kasus Engeline sendiri bukan kasus yang baru buat aku. Tahun 2013, aku lulus kriminologi Universitas Indonesia, khusus perlindungan anak. Jadi hal itu sudah menjadi keseharian aku.

Begitu dia bilang ingin mengangkat Engeline tentang bagaimana kekerasan anak yang masih banyak dan mengambil sudut pandang ibu Hamidah sebagai ibu kandung dari Engeline, saya sangat dibebaskan untuk mencari tahu tentang Engeline. Setelah aku klop, aku buat ceritanya, bolak-balik ke pengadilan bertemu dengan ibu Hamidah.

Yang paling buat aku terenyuh adalah coba bayangin, ada ibu kandung bertahun-tahun tidak bertemu anak lalu setelah kembali malah mendengar dari hakim kronologis kasus yang menimpa anaknya. Jadi waktu itu akhirnya aku tetap pada sudut pandang tersebut dan berubah-ubah.

Darimana mendapat inspirasi karakter-karakter dalam film tersebut?

Karakter-karakter ini terinspirasi dari kisah nyata tapi tidak diadaptasi. Tidak semua kejadian yang ada itu memang terjadi karena tidak semua orang tahu seperti apa kisah sebenarnya. Yang aku tahu lewat media dan fakta pengadilan. Namun semua itu belum ketok palu, bahwa fakta itu memang benar adanya.

Jadi ketika itu belum valid, aku tidak bisa menjadikan itu sebuah adaptasi, maka aku menambahkan cerita dari imajinasiku sendiri lalu kemudian saya tuangkan menjadi sebuah imajinasi dari Hamidah.

Apakah semua karakter tersebut nyata?

Cerita dari karakter-karakter itu memang sesuai dengan cerita-cerita mereka. Seperti gurunya, kepala sekolahnya, sahabat Engeline, ibu Hamidah dan fakta-fakta pengadilan semua itu saya kumpulkan. Namun namanya disamarkan dan plot ceritanya dibuat seperti di film.

Berapa lama proses observasi untuk membuat skenario film 'Untuk Angeline'?

Observasinya sendiri, mulai dari aku ketemu sama mas Djito Banyu itu September 2015 dan meriset selama dua bulan. Sebenarnya tidak terlalu lama untuk proses menulis film ini, biasanya aku kalau menulis skenario film bisa setahun-dua tahun. Ini termasuk skenario yang paling cepat.

Karena waktu itu aku berpikir, momentumnya harus pas untuk mengeluarkan film ini. Dan aku dibantu sekali dengan kerja sama antara sutradara dan produser yang enak. Jadi tidak membutuhkan waktu yang panjang.

Adakah kendala yang dialami dalam menulis skenario ini?

Ada sih kendala yang paling penting, yaitu kenyataannya kasus ini belum selesai. Kasus ini masih di ranah pengadilan dan hukum. Kalau aku hanya memposisikan diri aku sebagai penulis skenario yang biasa, takutnya nanti akan bergesekan nantinya. Tapi untungnya saya agak melek hal-hal kriminal.

Ya empat tahun aku kuliah di jurusan tersebut, jadi hal-hal yang tidak boleh disentuh dalam obeservasi film harus dibarengi dengan ilmu yang telah aku dapat di perkuliahan. Tapi akhirnya malah menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Jadi kalau di film ini, aku tidak akan kasih tahu siapa pelakunya.

Apakah proses pembuatan skenario dan produksi film menunggu hasil sidang Engeline yang sedang berlangsung?

Sebenarnya apakah itu menunggu hasil sidang atau tidak, kita serahkan semuanya sama hakim. Itu sudah ada alurnya masing-masing. Tapi setidaknya film ini membuat orang lebih memperhatikan bahwa kasus kekerasan anak itu masih ada dan kita tidak boleh tutup mata.

Seperti apa ending yang Anda buat dalam film ini?

Endingnya bisa ditonton di film, haha. Tapi yang pasti tidak akan bersentuhan dengan kasus hukum. Hanya bercerita mengenai sudut pandang Hamidah, ibu kandung Engeline. (dwq)

(d/dr)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Show-Biz Section