Money.id - Menurut data yang dirilis World Bank, kecelakaan mobil berujung kematian yang melibatkan remaja usia 16 tahun hampir dua kali lipat lebih banyak dibanding kecelakaan yang dialami oleh pengemudi berusia 18 dan 19. Bahkan, tiga kali lebih sering dibanding yang berusia di atas 20 tahun. Dari data ini dapat diartikan bahwa semakin muda usia pengemudi, maka semakin besar pula resiko kecelakaan yang terjadi.

National Institute of Health (NIH) dalam risetnya menjelaskan keterkaitan antara banyaknya kecelakaan yang terjadi dengan perkembangan otak pengemudi. Menurut NIH, bagian dalam otak remaja yang mengontrol perilaku impulsif belum berkembang secara sempurna. Kondisi ini memicu perilaku mengemudi ugal-ugalan yang dilakukan para remaja.

NIH menyimpulkan, "Bagian yang mengukur risiko dan mengontrol perilaku impulsif tersebut baru akan berkembang sepenuhnya ketika seseorang telah mencapai usia 25 tahun."

Selain masalah pengendalian perilaku impulsif, tidak stabilnya reseptor dopamine yang berfungsi menangkap sinyal rasa senang juga kerap membuat para remaja sering kali melupakan risiko atas perbuatannya sendiri.

Masalah lain yang perlu diperhatikan adalah cara mengemudi orangtua. Para remaja kerap meniru gaya mengemudi orangtua mereka. Apa yang terjadi ini menuntut para orangtua untuk berintropeksi diri. Apakah cara mengemudi mereka sudah aman atau belum.