Letak 'Wisata Kuliner Pecenongan' sangat strategis karena dekat dengan Pasar Baru, Hayam Wuruk, Mangga Besar, dan Monumen Nasional (Monas) serta pusat pemerintahan Republik Indonesia. Athai, salah satu dari tiga pedagang tertua kuliner malam di Pecenongan itu mengaku, tempat usahanya 'Seafood 99' selalu kebanjiran rejeki.
"Cikal bakal kuliner malam di Jakarta ya di Pecenongan, Mayestik setelahnya," kata Athai.
Pria berusia 51 tahun itu mengenang, setumpuk uang didapatkannya bukan hanya dari pelanggan pegawai kantoran saja, tapi juga dari para pemabuk.
"Dulu kami bisa dagang sampai terang. Masa kejayaan (Pecenongan) pas zaman kasino. Orang mabuk minuman, dulu buang-buang uang di sini. Mereka abis minum suka kelaperan," kata Athai.
Pemilik Sate Krekot yang berdiri di depan Hotel Alila, Yohanes Kurniawan (61) mengatakan selepas pergantian Orde Baru atau sekitar tahun 2000-an, para pedagang mulai menghadapi masalah. Saat itu narkotika jenis ekstasi dan putau marak di Ibu Kota.
"Berasa banget waktu ekstasi sama putau masuk ke Jakarta, bisa keitung yang makan. Efeknya emang parah, orang yang pake narkoba jadi males makan, beda sebelum ada narkoba. Orang yang pulang dari kasino cuma mabok bir sama vodka, efeknya bagus malah bikin nafsu makan," cerita dia.
(sm/sm)
