1. HOME
  2. NEWS
TRAVEL

'Tunawisma' Ini Terbang dengan Pesawat Kelas Satu

Siapa yang tidak mau terbang dengan layanan first class. Namun, 'tunawisma' berusia 25 tahun ini bagai kedapatan durian runtuh.

By Dwifantya Aquina 5 Desember 2015 10:36
Schlappig dan layanan pesawat kelas satu (Instagram)

Money.id - Dalam satu setengah tahun terakhir ini, Ben Schlappig sebenarnya telah menjadi 'tunawisma'. Pemuda Amerika berusia 25 tahun ini tidak memiliki alamat tetap karena hidupnya selalu pindah-pindah.

Menurutnya, mengapa harus repot-repot membayar sewa kamar jika bisa tidur di pesawat kelas satu secara gratis setiap hari?

Seperti dilansir CNN, Sabtu 5 Desember 2015, Schlappig adalah seorang traveler profesional yang menggunakan gabungan antara frequent flyer miles dan poin reward kartu kredit agar bisa keliling dunia dengan terbang di kelas satu dengan sedikit mengeluarkan biaya.

Frequent flyer miles, biasanya disingkat miles saja, merupakan bagian dari program loyalitas yang ditawarkan oleh maskapai penerbangan dan atau penerbit kartu kredit.

Biasanya, Anda mengumpulkan poin atau miles berdasarkan pada seberapa jauh Anda terbang atau berapa banyak Anda belanja menggunakan kartu kredit. Setelah itu, Anda dapat menggunakan poin tersebut untuk membeli tiket pesawat gratis.

Sejak pertama mulai mengumpulkan miles sedikit demi sedikit lebih dari satu dekade yang lalu--ketika masih 14 tahun-- Schlappig mengatakan dia tidak pernah terbang di kelas ekonomi di penerbangan internasional.

Tanpa bermaksud pamer, pemuda asli New York ini biasanya terbang sejauh 400.000 mil setahun atau cukup untuk mengelilingi dunia 16 kali. Schlappig menghabiskan rata-rata empat jam di pesawat setiap hari, dan terbang setidaknya di satu penerbangan internasional per minggu.

Ketika dia tidak sedang terbang, lulusan jurusan pemasaran ini tidur di hotel mewah-- meskipun ia tidak suka menghabiskan lebih dari tiga hari di satu tempat.

"Pesawat terasa seperti rumahku sekarang," kata Schlappig, berbicara melalui telepon dari Los Angeles, menambahkan dia tengah bersiap-siap untuk terbang ke Madrid pada hari berikutnya.

"Aku merasa seperti di rumah sendiri saat terbang di kelas satu Emirates. Aku tahu setiap aspek dari penerbangan. Ada suasana keakraban tertentu seperti aku sering bertemu dengan kru yang sama."

Memang, ketika menelusuri akun Instagram Schlappig, Anda akan menemukan foto-foto dia berpose di kabin pesawat mewah yang akan membuat 36.000 pengikutnya iri dan cemburu.

Tapi seperti yang Schlappig tunjukkan di blognya yang sangat populer, One Mile a Mile, kemewahan tersebut bukanlah untuk traveler rata-rata. Semua yang berkaitan dengan miles dan poin reward harus dipelajari dan diteliti secara mendalam.

"Jika itu mudah dan gampang didapat maka semua orang akan melakukannya," katanya, menambahkan bahwa orang seperti dirinya adalah orang-orang yang terobsesi dengan promo maskapai dan pelakunya mulai dari mahasiswa hingga orang tua.

"Saya pikir banyak orang yang skeptis karena selama ini diajarkan bahwa tidak ada hal seperti makan siang gratis."

Mengumpulkan miles mungkin mudah. Tapi menebus atau menukarnya adalah sesuatu yang rumit.

"Maskapai akan membuat proses penukaran miles menjadi urusan yang rumit. Itu sudah desain mereka karena mereka ingin Anda menjadi ketagihan pada penerbangan mereka," ujarnya.

Dan jika ada yang bersedia untuk bekerja ekstra untuk memaksimalkan poinnya, itu adalah Schlappig. Dia rela menjadi 'tunawisma' tahun lalu setelah pindah dari flatnya di Seattle untuk selamanya.

Obsesinya dimulai saat masih 14 tahun ketika ia melihat selebaran United Airlines yang menawarkan 5.000 miles ekstra untuk setiap segmen penerbangannya.

Schlappig meyakinkan orang tuanya untuk membiarkan dia menghabiskan musim panas ke seluruh negeri demi mengumpulkan poin. Dia menjanjikan perjalanan mereka berikutnya, ketika mengunjungi keluarga di Jerman, akan menggunakan tiket kelas pertama.

Pada akhir musim panas, Schlappig jarang meninggalkan bandara. Kadang-kadang dia melakukan delapan penerbangan selama satu pekan dan muncul di maskapai elite.

Bahkan setelah terbang sekitar lima juta mil dalam hidupnya, Schlappig mengatakan dia masih terpesona seperti saat pertama kali terbang di usia enam tahun.

"Aku benar-benar kagum setiap melihat matahari terbenam di langit dari dalam pesawat," katanya.

(da/da)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From News Section