1. HOME
  2. NEWS
NEWS

Siswi SMA Bandung Suarakan Isu Pernikahan Dini ke PBB

Prestasi Putri Gayatri di usia 15 tahun sangat membanggakan.

By Dwifantya Aquina 1 Oktober 2015 18:25
Putri Gayatri, siswi Bandung yang bicara di forum PBB (portalkbr.com)

Money.id - Satu lagi putra bangsa mengharumkan nama tanah air. Dia adalah Putri Gayatri, Sekolah Menengah Atas Negeri I Banjaran, Bandung yang terpilih sebagai delegasi anak untuk mengikuti rangkaian kegiatan Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat.

Keterlibatan Putri dalam forum internasional itu amat membanggakan. Ia mengangkat isu pernikahan pada usia anak ke forum internasional itu.

Pada usianya yang baru 15 tahun, Putri mendapat kesempatan untuk bersalaman dengan Sekjen PBB Ban Ki-Moon, berbagi panggung dengan artis Salma Hayek dan Ratu Rania, beraksi bersama aktivis Malala Yousafzai sampai berdiskusi dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Semua itu dilakukan untuk menyuarakan keprihatinannya terhadap pernikahan pada usia anak.

Kepada wartawan di New York pada Minggu 27 September lalu, Putri mengaku telah menyaksikan sendiri beberapa temannya yang memiliki masa depan suram karena menikah terlalu dini.

“Ketika menikah di usia anak, sekolah men-drop-out, mereka putus sekolah sehingga tidak mendapat pendidikan cukup. Itu berdampak juga pada ekonomi. Jika pendidikan kurang, ekonomi lemah. Saya melihat mereka masa depannya kurang baik karena menikah pada usia anak. Dampaknya sangat kompleks karena berdampak juga pada kesehatan reproduksi. Semakin muda usia menikah, semakin tinggi angka kematian ibu dan bayi,” ungkapnya.

Putri pun menentang anggapan bahwa lebih baik menikah pada usia anak daripada berzina.

"Menurut saya sebelum kita melakukan suatu tindakan, kita lihat dulu apa dampak dari tindakan tersebut. Bukan karena berkedok biar supaya tidak berzina, lalu dinikahi. Setelah dinikahkan apakah bisa menjamin masa depan yang jelas? Menurut saya untuk menghindarkan zina, ada banyak cara lain selain menikahkan anak pada usia anak," kata dia.

Putri melihat pernikahan pada usia anak di daerahnya disebabkan oleh kemiskinan dan pergaulan bebas. Berangkat dari pengalaman beberapa temannya, dia ingin mengangkat isu ini supaya lebih diperhatikan oleh pemerintah.

Dia juga ingin mengupayakan agar batas usia pernikahan 16 tahun yang ditetapkan UU Perkawinan direvisi. Menurutnya, remaja 16 tahun seharusnya masih sekolah dan belum matang untuk berumahtangga.

Remaja kelahiran Bandung, 12 Februari 2000 itu digandeng oleh organisasi Save the Children untuk membawa isu tersebut ke New York, kota tempat berlangsungnya Sidang Umum PBB ke-70. Di sana dia bertemu dan berdiskusi dengan delegasi Indonesia, para pejabat negara lain, para aktivis, dan delegasi anak lainnya.

Ia mengenal Non-Governmental Organization (NGO) Save The Children saat duduk di kelas II sekolah menengah pertama. Ia sering mengikuti acara kampanye NGO.

Hasil pertemuan itu akan dirumuskan menjadi beberapa target dan tujuan yang akan berusaha dicapai dalam kurun 2015-2030. Hal ini merupakan kelanjutan dari program tahun 2000-2015 yang dikenal dengan sebutanMillennium Development Goals (MDGs).

Acara tersebut diselenggarakan masyarakat sipil dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi Pembangunan Berkelanjutan di Markas PBB, New York pada  25-27 September 2015. Lebih dari 150 kepala negara dan pemerintahan yang hadir mengesahkan agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goal/SDG) 2030.

Agenda dengan 17 tujuan ini menggantikan MDG. Wakil Presiden Jusuf Kalla mewakili Indonesia hadir dalam konferensi tersebut. Kalla didampingi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yambise.

Baca Juga

(da/da)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From News Section