Fara mengakui meski dunia audit dan desain sangat bertolak belakang, namun pada kenyataannya ada hubungan yang satu sama lain tak bisa ditinggalkannya. Berkat modal ketelitiannya di dunia desain, ia pun jadi perfeksionis di pekerjaannya sebagai auditor.
"Setiap presentasi, saya jadi bisa tampil beda dengan desain kreatif karya saya, lebih enak dan jelas dilihat klien," katanya.
Ia pun menjawab tantangan sebagai pekerja sekaligus freelancer yang harus mampu mengatur diri sendiri. "Jadi freelancer itu kita belajar me-manage diri sendiri, sebenarnya itu yang susah dari manage orang lain. Harusnya jadi freelancer itu lebih menguntungkan dari punya pekerjaan sebagai karyawan sih menurut saya," tutur penyuka musik 90-an ini.
Bicara soal komitmen kerja, Fara selalu menawarkan kesepakatan kepada kliennya bahwa dirinya hanya bisa bekerja di akhir pekan. Sehingga di hari biasa, ia bisa fokus mengaudit.
"Hari biasa paling saya riset desain yang diinginkan klien, bikin sketsa dulu di buku, tapi untuk nge-desain pasti selalu di Sabtu-Minggu," katanya.
Ketika ditanya apakah suatu hari nanti Fara akan full time menjadi freelance desainer grafis, gadis berdarah Minang itu menjawab mengapa tidak. Namun, tidak sekarang.
"Kepikiran sih nanti kalau sudah berumah tangga. Ketika saya sudah tidak harus memikirkan kebutuhan pokok hidup sendiri. Dengan kemampuan yang saya miliki ini, saya nggak harus takut dengan masa tua, di masa yang akan datang saya masih bisa gambar dan menghasilkan uang dari karya-karya saya," ujarnya mengakhiri pembicaraan.
Intip Kado Istimewa Rafathar dari Kuda Poni Hingga Taman Bermain
Agar Dompet Tak Makin 'Tipis', Lakukan Penghematan dengan Cara Ini
Pemerintah Angkat Bicara Soal Rokok Naik Jadi Rp50 Ribu per Bungkus