1. HOME
    2. NEWS
PILKADA SERENTAK 2017

Mengenal 3 Bakal Calon Orang Nomor Satu di Jakarta

By Rohimat Nurbaya 24 September 2016 08:08
Ahok Diusung PDIP

Basuki Tjahaja Purnama
Alias : Ahok | Basuki Tjahaja | Basuki T Purnama
Tempat Lahir : Manggar, Bangka Belitung
Tanggal Lahir : 29 Juni 1966
Profesi : Politisi
Istri : Veronica, Veronica Tan
Anak :  Nicholas Purnama, Nathania Purnama, Daud Albeenner Purnama

Djarot Saiful Hidayat
Alias : Djarot | Djarot Saiful
Tanggal Lahir : Minggu, 30 Oktober 1955
Profesi : Politisi PDI Perjuangan
Tempat Lahir : Gorontalo
Istri : Dra. Hj. Heppy Farida
Anak : Safira Prameswari Ramadina, Karunia Dwi Hapsa Paramasari, Meisa Rizki Barliana

Duet Basuki Tjahaja urnama dan Djarot Saiful Hidayat menjadi pasangan pertama yang mendeklarasikan diri maju di arena Pilgub DKI 2017. Duet petahana ini diusung empat partai politik, yakni PDI Perjuangan, Partai Hanura, Partai Golkar, dan Partai Nasdem. 

Majunya Basuki Tjahaja Purnama dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta ini melalui proses sangat panjang. Awalnya, pejabat yang akrab disapa Ahok tersebut memilih jalur independen. Mantan Bupati Belitung Timur itu kukuh tidak mau diusung partai politik.

Saat itu, untuk maju sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta pada pilkada 2017 ini, Ahok menggunakan 'kendaraan' politik yang namanya 'Teman Ahok'. Tim tersebut bertugas untuk mengumpulkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) warga Jakarta sebagai dukungan Ahok menjadi gubernur dari jalur independen. Saat itu Ahok menolak pinangan PDIP.

Dikutip dari laman merdeka.com, saat itu Ahok mengatakan ada beberapa hal yang membuatnya tidak bisa meninggalkan 'Teman Ahok' dan terpaksa menolak tawaran PDIP. Menurutnya, maju dari jalur independen bukan berarti ragu dengan parpol.

"Buat saya bukan soal keraguan, bagi saya adalah tidak mau mengecewakan kepercayaan yang diberikan anak-anak muda ini (Teman Ahok)," kata Ahok pada 12 Maret 2016.

Namun keberadaan 'Teman Ahok' tidak sesuai harapan. Meski sudah berhasil mengumpulkan satu juta KTP penduduk DKI Jakarta akhirnya dibubarkan. Pasalnya, Ahok lebih memilih diusung partai politik. Kondisi tersebut tentunya tak sejalan dengan apa yang dikatakan sebelumnya.

Pada 9 Agustus 2016, Ahok mendeklarasikan didukung tiga partai politik untuk maju sebagai kandidat gubernur pada Pilkada DKI 2017. Partai yang mengusung Ahok adalah, Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Nasional Demokrat dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).

Salah satu alasan Ahok memilih jalur parpol dan meninggalkan jalur indepen, karena saat itu aturan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk bakal calon Gubernur dari jalur independen pada pilkada 2017 cukup rumit. Salah satunya, ada wacana KTP sebagai bentuk dukungan harus disertakan materai.

Drama pemilihan calon gubernur DKI Jakarta ini memang panjang. Berbagai intrik terjadi, apalagi lokasinya yang dekat dengan kantor-kantor media nasional sehingga jarang sekali luput dari pantauan media. Perkembangannya selalu update setiap saat.

Begitu juga dengan intrik majunya Ahok sebagai bakal calon Gubernur DKI Jakarta pada pilkada 2017. Semua terekam media. Mulai dari Ahok memilih jalur independen sampai diusung tiga partai politik. Kemudian, hingga akhirnya apa yang dikatakan Ahok sebelumnya --ketika maju sebagai calon independen-- berbeda 180 derajat dengan apa yang dikatakan sebelumnya.

Tadinya Ahok menolak diusung PDIP, tapi akhirnya pada 20 September 2016 malam partai berlambang banteng moncong putih itu mengumumkan bahwa Ahok dan Djarot sebagai calon gubernur dan wakil gubernur dari PDIP. Ahok menerima pinangan partai asuhan Presiden RI Kelima, Megawati Soekarno Putri itu.

Keesokan harinya, Pasangan Ahok-Djarot langsung didaftarkan PDIP ke KPU Provinsi DKI Jakarta. Mereka diantar langsung oleh para petinggi PDIP termasuk Megawati yang menjabat sebagai ketua umun di partai yang identik dengan warna merah tersebut.

Mengenal Djarot

Djarot sendiri disebut-sebut sebagai salah satu kader unggulan PDIP. Sejak lama nama Djarot Saiful Hidayat tenar di kalangan elite PDIP, tepatnya sejak menjabat sebagai Wali Kota Blitar, Jawa Timur. Dia menjabat sebagai wali kota di sana selama dua periode, yakni pada 2000 hingga 2005 dan 2005 hingga 2010.

Saat menjadi Wali Kota Blitar, Djarot sempat mendapat penghargaan dari Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah, tepatnya pada 2008. Djarot juga mendapatkan Penghargaan Terbaik Citizen's Charter Bidang Kesehatan.

Saat menjabat sebagai wali Kota Blitar, Djarot dikenal warganya sebagai pejabat yang merakyat, sederhana, dan gemar blusukan untuk melihat kondisi langsung di lapangan. Kota Blitar di bawah kepemimpinannya mendapat gelar adipura 3 kali berturut-turut yakni pada tahun 2006, 2007, dan 2008.

Selain sebagai politisi, Djarot pernah mencicipi hidup di dunia akademis. Dia berprofesi sebagai dosen di Universitas 17 Agustus 1945. Tidak hanya sebagai dosen, ia juga merangkap tugas sebagai Pembantu Rektor I di universitas tersebut pada tahun 1997 hingga 1999. Djarot juga tercatat pernah menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Timur pada 1999 sampai 2000.

Pada 2014, Djarot mulai meniti karir di ibu kota, tepatnya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dari Fraksi PDIP. Kursi wakil rakyat itu hanya didudukinya cuma tiga bulan saja. Pasalnya, Djarot langsung dipilih untuk menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta. Saat itu, PDIP punya jatah kursi di eksukutif DKI Jakarta karena Joko Widodo yang saat itu jadi gubernur dilantik menjadi presiden.

Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta, pasangan Ahok-Djarot didukung oleh, 28 kursi dari PDIP, 10 kursi dari Hanura, Sembilan kursi dari Golkar dan lima kursi dari Partai Nasdem. Total 52 kursi di dewan yang mengusung pasangan tersebut.

Pada Pemilihan Legislatif 2014 lalu, PDIP medapat suara tertinggi sebanyak,  1.231.843 suara. Kemudian Hanura 357.006 suara, Golkar 376.221 suara dan Nasdem 206.117 suara. 

Halaman selanjutnya...penantang Ahok-Djarot

 

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From News Section