1. HOME
    2. NEWS
NEWS

China Larang Warganya Pacaran dengan Orang Asing

By Rohimat Nurbaya 1 Mei 2016 14:28
Jadi Perhatian

Jadi perhatian

Kampanye tersebut mendapat perhatian serius di antara ekspatriat di Beijing dan seluruh China. Bahkan kritik mereka meluas melalui aplikasi media sosial WeChat.

Meski sebagian menganggap poster tersebut tidak masuk akal dan konyol, namun yang lainnya menanggapinya serius dan mengkhawatirkan hal itu akan memperkuat rasa tidak percaya pribumi terhadap orang asing.

Apalagi di saat-saat Pemerintah Tiongkok bersitegang dengan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat.

"Pemerintah sedang mencoba untuk memberitahu orang-orang, 'waspada dengan orang asing'," kata Deelam Davis, seorang Amerika yang sedang menempuh master di bidang ekonomi di Universitas Peking. "Ini tidak membantu."

Hubungan antara warga China dan orang asing selalu tinggi sepanjang waktu. Negara ini memiliki 848.500 penduduk asing pada 2013, naik dari 507 ribu pada 2000, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan tahun lalu oleh Center for China and Globalization, lebih dari 300 ribu mahasiswa China yang belajar di AS selama tahun ajaran 2014-2015.

Meski ledakan pertukaran mahasiswa memiliki banyak manfaat, namun juga membuat otoritas Partai Komunis khawatir. Tiongkok masih memiliki kenangan kuat dari apa yang para pemimpin mereka sebut sebagai 'abad penghinaan nasional' yang berlangsung dari tahun 1830-an ke 1940-an.

Bentangan panjang penjajahan dan konflik dengan kekuatan imperialis mulai dari Inggris hingga Jepang membuat mereka sangat sensitif terhadap tanda-tanda intervensi asing.

Selain kekhawatiran tentang mata-mata, pemerintah juga tak ingin ideologi Barat meracuni warganya.

Poster kesadaran keamanan nasional dibuat di tengah meluasnya nilai-nilai dan pengaruh Barat dalam berbagai bidang, termasuk universitas dan sistem pengadilan.

Misalnya, ZhouQiang, kepala pengadilan Mahkamah Agung Tiongkok, mengatakan kepada hakim tahun lalu untuk bersikap tegas terhadap konsep-konsep Barat seperti independensi peradilan dan pembagian kekuasaan. "Dengan tegas menolak pengaruh pemikiran Barat yang keliru," katanya.

Sementara itu, tabloid Global Times yang disetir Partai Komunis, telah memperingatkan bahwa nilai-nilai Barat mungkin 'indah di permukaan' tetapi 'menjadi tiket ke neraka' yang 'hanya bisa membawa bencana bagi bangsa Tiongkok'.

Kampanye pemerintah ini malah mendapat kritik dari para mahasiswa pribumi. Contohnya, GuoQi, yang sedang kuliah di Beijing LanguageandCultureUniversity. Qi, 20 tahun, menganggap kampanye pemerintahnya itu sebagai hal yang bodoh.

"Kita bebas untuk kencan dengan siapa pun yang kita inginkan, tidak peduli dari mana mereka berasal," katanya.

Namun dia mengaku telah diperingatkan oleh profesor di kampusnya untuk tidak membuat 'pernyataan tidak bertanggung jawab kepada orang asing' karena mereka bisa jadi mata-mata. (poy)

(rn)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From News Section