1. HOME
  2. NEWS
NEWS

Kontroversi Buwas

Bawahannya menyayangkan Buwas digeser menjadi Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN).

By Rohimat Nurbaya 27 September 2015 14:00
Komjen Budi Waseso (Foto: setkab.go.id)

Money.id - Komjen Budi Waseso digeser dari jabatan Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri menjadi kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) sejak awal September lalu. Menuai pro dan kontra. 

Budi yang kerap disapa dengan sebutan Buwas hanya hitungan bulan mengecap manisnya kursi kabareskrim. Dia diangkat menjadi kabareskrim sejak Senin 19 Januari 2015, menggantikan Komjen Suhardi Alius yang tiba-tiba digeser ke Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanannas).

Saat itu, politik dan hukum Indonesia memanas setelah Budi Gunawan diajukan jadi calon tunggal Kapolri untuk menggantikan Jenderak Sutarman. Ketika itu, Presiden Joko Widodo mengajukan nama Komjen Budi Gunawan ke DPR. 

Tetapi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menentang hal itu karena Budi Gunawan dianggap terlibat kasus rekening gendut pejabat Polri. Tidak lama, Budi Gunawan ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi oleh KPK.

Kemudian Komjen Suhardi Alius yang saat itu masih menjabat Kabareskrim dituding sebagai salah satu orang yang membocorkan bukti-bukti keterlibatan Budi Gunawan dalam kasus rekening gendut pejabat polisi. Hal tersebut menjadi salah satu alasan digesernya Komjen Suhardi Alius ke Lemhannas.

Di antara pusaran Polri vs KPK

Sejak awal dilantik menjadi Kabareskrim, Buwas kerap menuai kontroversi. Dia dianggap bikin gaduh.

Betapa tidak, empat hari menjabat, Buwas sudah menangkap Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto. Bareskrim menilai, Bambang terlibat dalam rekayasa keterangan palsu pada 2010.

Hubungan Polri dan KPK pun memanas. Banyak kalangan menilai, Polri berusaha 'balas dendam' atas penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka yang berujung gagalnya dia menjadi Kapolri.

Sehari setelah Bambang Widjojanto ditangkap polisi, yakni Jumat 24 Januari 2015, Presiden Joko Widodo memanggil Ketua KPK Abraham Samad dan Jenderal Badrodin Haiti yang saat itu masih menjadi Plt Kapolri.

Jokowi --sapaan Joko Widodo-- dikabarkan marah kepada pimpinan dua institusi tersebut. Dia langsung memerintahkan supaya KPK dan Polri rukun serta tidak saling tangkap.

Selain itu, Bareskrim Polri juga sempat menetapkan Ketua KPK Abraham Samad sebagai tersangka kasus pemalsuan dokumen yang melibatkan wanita bernama Feriyani Lim.

Saat mengajukan permohonan pembuatan paspor pada 2007 lalu, Feriyani Lim memalsukan dokumen dan masuk dalam Kartu Keluarga Abraham Samad yang beralamat di Boulevar, Kelurahan Masale, Kecamatan Panakkukang, Makassar.

Karena kasus tersebut dianggap terlalu sepele ditangani Mabes Polri, akhirnya kasus itu dilimpahkan ke Polda Sulselbar. Meski demikian Samad pun sempat dipanggil ke kantor Bareskrim terkait kasus tersebut.

Setelah hubungan Polri dan KPK sempat memanas, tidak lama kemudian mulai dingin kembali setelah gugatan pra peradilan Budi Gunawan dikabulkan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Penetapan Budi Gunawan oleh KPK dibatalkan. Jenderal bintang tiga itu dinyatakan bebas dan tidak bersalah.

Buwas bongkar kasus

Setelah hubungan dua institusi penegak hukum tersebut membaiksudah perlahan mulai membaik, Bareskrim Polri di bawah kepemimpinan Buwas bekerja sangat giat. Berbagai kasus dibongkar dan diutarakan kepada media, termasuk membongkar beberapa kasus korupsi.

Terakhir, Bareskrim Mabes Polri menggeledah kantor Pelindo II di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Penggeledahan tersebut terkait kasus korupsi crane. Salah satu temuan penyidik Polri adalah adanya 10 mobile crane yang tidak berfungsi sehingga memperlambat proses dwelling time atau bongkar muat barang.

Penggerebakan 28 Agustus itu jadi buah simalakama.

Direktur Utama PT Pelindo II RJ Lino marah besar. Di hadapan wartawan, RJ Lino langsung menelpon Kapolri Badrodin Haiti dan Menteri Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Sofyan Djalil.

RJ Lino tidak terima dengan penggeledahan yang dilakukan oleh Bareskrim Polri itu dan mengancam akan meletakan jabatannya sebagai Direktur Utama PT Pelindo II. Dia juga mengancam akan menempuh jalur hukum melalui praperadilan.

Hanya dalam hitungan hari, Buwas dipanggil ke Istana Negara oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Selasa malam 1 September 2015.

Kabarnya, Jusuf Kalla benar-benar marah kepada Buwas pada saat itu. Dia dianggap membuat keributan di pelabuhan.

Sempat tarik ulur, terkait Buwas diberhentikan dari jabatan sebagai Kabareskrim.

Pencopotan Buwas disayangkan beberapa anak buahnya. "Loyalitasnya (Buwas) tinggi, dia berani," kata salah satu anggota Brimob Polda Metro Jaya kepada Money.id.

Anggota polisi lainnya pun menyatakan hal yang sama. Salah satu anggota sebuah kesatuan di Mabes Polri meyebutkan Buwas adalah pemimpin yang berani dan bertanggung jawab.

Anggota polisi yang enggan disebutkan namanya tersebut menduga, dicopotnya Buwas dari jabatan Kabareskrim karena beberapa petinggi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) takut apabila kasus korupsinya dibongkar oleh polisi.

"Biasa BUMN takut diobok-obok. Mafianya kan ada di BUMN. Pasti tahu lah, semua pada takut semua," ucapnya.

Begitu pula yang diucapkan salah satu anggota Pam Obvit di Polda Metro Jaya. Dia, mengganggap Buwas adalah figur polisi yang berani mengusut kasus-kasus korupsi dan kasus bertaraf internasional yang ada di Indonesia.

"Mudah-mudahan saja ada yang lebih bagus lagi dari Pak Buwas." (ita)

(rn/rn)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From News Section