Dalam rekaman CCTV Kafe Olivier yang dilihat Darmawan, ia melihat gerak gerik Jessica sangat tenang saat melihat Mirna kejang-kejang usai menyeruput es kopi Vietnam. Ia mengatakan, sikap tidak panik Jessica itu patut dicurigai.

"Kalau dia lihat anak saya klepek-klepek mau mati, kalau saya panik. Waktu kejadian dia lihat Mirna mau dibawa ke klinik atas, saya lihat dia cuma begini, pegangin tangan kayak kegatelan, mungkin dia pegang ini barang (sianida). Dia terus lihat-lihat ke atas," ujar Darmawan.

Usai diperiksa di Polda Metro Jaya beberapa waktu lalu, Darmawan pun menduga sikap tenang yang ditunjukkan Jessica merupakan salah satu sisi lain dari kepribadian tersangka tersebut.

"Ya itu saya bilang, tenang banget ini orang," kata dia.

Darmawan pun tidak heran jika Jessica lolos dari uji lie detector yang dilakukan penyidik Polda Metro Jaya.

"Kalau sisi gelapnya itu dikeluarkan sama dia, lie detector mungkin kalah kali ya. Tenang banget lihatnya. Kayak orang nggak bersalah," tambah Darmawan.
Lebih lanjut Darmawan membenarkan bahwa Jessica datang selama 20 menit ke rumah duka setelah dihubungi Sandy Salihin, kembaran Mirna Salihin.

"Di rumah duka itu juga karena ditelepon kembarannya," kata dia.

Teman Mirna, Jessica Kumala Wongso, ditetapkan sebagai tersangka Jumat pekan lalu untuk kemudian ditahan setelah 13 jam diperiksa pada Sabtu 30 Januari 2016.

Mirna kejang-kejang kemudian meninggal dunia setelah meminum kopi yang diduga dicampur senyawa sianida di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta pada 6 Januari 2016.

(da/da)