1. HOME
  2. NEWS
NEWS

Apa Kabar Pesawat Rancangan BJ Habibie?

Dua pesawat N-250 karya Habibie kini jadi besi tua di apron IPTN yang kini bernama PT Dirgantara Indonesia.

By Dwifantya Aquina 26 November 2015 11:03
Presiden RI ketiga, BJ Habibie

Money.id - Presiden ketiga RI, BJ Habibie pernah berhasil menciptakan pesawat penumpang berkapasitas di atas 50 orang dengan nama N-250 Gatotkaca. Pesawat tersebut berhasil melakukan terbang perdana (first flight) pada Agustus 1995.

Kala itu, Presiden kedua RI, Soeharto, menyaksikan langsung pesawat baling-baling bermesin turboprop buatan lokal itu terbang di langit Bandung, Jawa Barat.

Pesawat N-250 yang dirancang bersama IPTN, yang kini bernama PT Dirgantara Indonesia itu sesungguhnya dirancang dalam empat versi. Keempat versi tersebut diberi nama langsung oleh Presiden Soeharto.

Produksi prototipe pertama yakni N 250 PA-1 dengan versi Gatotkaca diluncurkan Agustus 1995, dan N-250 PA-2 diberi nama versi Krincing Wesi yang diluncurkan Agustus 1996.

Sayangnya, belum memasuki fase produksi atau masih menjalani proses sertifikasi dari Kementerian Perhubungan, proyek N-250 terpaksa dihentikan pada 1998. Kala itu, Presiden Soeharto atas rekomendasi lembaga kreditor International Monetary Fund (IMF) meminta proyek N-250 distop.

Bagaimana nasih dua pesawat karya anak bangsa itu kini?

Dua pesawat N-250 itu kini terparkir dan menjadi besi tua pada apron milik PTDI di Bandung. Sementara, pesawat sejenis buatan pabrikan Eropa, ATR justru merajalela dan dipakai maskapai RI untuk melayani penerbangan hingga pelosok negeri.

Diperlukan dana minimal US$1 miliar atau setara dengan Rp13,5 triliun untuk melanjutkan proyek N-250.

Sementara itu, prototipe pesawat terbang rancangan Habibie lainnya, yakni Regio Prop 80 (R80) ditargetkan mulai dibuat pada pertengahan 2016. Pesawat R80 dirancang dan dikembangkan oleh BJ Habibie dan putranya, Ilham Habibie.

Ilham Habibie, putra BJ Habibie yang ikut merancang prototype R80 (satriasolder.com)

Saat ini PT Regio Aviasi Industri (RAI) masih dalam tahap pembuatan desain awal R80, yakni dalam proses pemilihan komponen utama seperti mesin dan sistem pengendalian pesawat.

Pesawat R80 sebelumnya ditargetkan mulai terbang pada 2019, tetapi karena kendala teknis, Ilham memperkirakan pesawat tersebut baru siap diterbangkan pada 2021.

Untuk saat ini, tutur dia, terdapat tiga perusahaan penerbangan yang telah memesan pesawat, yakni dari Kalstar Indonesia, Nam Air, dan Trigana Air. Jumlahnya mencapai total 145 unit.

Sementara itu, untuk mesin pesawat, ia mengatakan, PT RAI akan menggunakan mesin dari tiga perusahaan, yakni Rolls Royce asal Inggris, Pratt and Whitney asal Amerika Serikat, serta General Electric asal Amerika Serikat.

Pesawat R80, menurut dia, memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pesawat lain, di antaranya lebih besar dan hemat dalam penggunaan bahan bakar.

"Saya lihat biaya pengoperasian pesawat 30-50 persennya terkait bahan bakar, jadi mesin sangat menentukan. Kemajuan lain pesawat ini bisa juga di aerodinamika, kenyamanan kabin, material lebih maju, tapi yang paling penting lebih hemat 10-15 persen dibanding pesawat ATR," ujar Ilham.

Dengan keunggulan tersebut, Ilham mengatakan belum dapat menentukan harga pasti untuk R80 karena pihaknya belum menentukan mesin dan komponen-komponen yang akan dipakai. Namun, ia memperkirakan akan dibanderol sebesar US$22 juta (Rp302 miliar) hingga US$25 juta (Rp343 miliar) per unit.

Pesaing pesawat ini adalah jenis ATR 72-600 buatan Perancis-Italia. Selain diklaim lebih hemat 10-15 persen konsumsi bahan bakar ketimbang ATR 72, pesawat R80 juga memiliki badan lebih besar 10 persen dan lebih panjang 25 persen dibandingkan pesaingnya. Selain itu, kapasitas bisa mengangkut 100-110 penumpang.

Pesawat R80 diharap melanjutkan sukses pesawat N-250 produksi PTDI.

Suka Artikel Ini? KLIK LIKE

Baca Juga

(da/da)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From News Section