1. HOME
  2. INSPIRATORY
INDUSTRI KECIL

Ternak Ayam Kampung, Bisnis Sampingan Jelang Pensiun

Pemeliharaan ayam kampung tidak terlalu sulit hanya memberi makan pada pagi dan sore hari.

By Rohimat Nurbaya 27 September 2015 16:00
Berternak ayam (Pixabay)

Money.id - Kusnadi (45), seorang pegawai negeri sipil (PNS) di Kabupaten Bandung, Jawab Barat memilih berternak ayam kampung sebagai usaha sampingan untuk mengisi kekosongan waktu setelah pulang bekerja.

Pria dengan tiga orang anak dan dua cucu tersebut mengaku sadar bahwa usianya sudah tidak tidak muda lagi, namun penghasilannya dari bekerja sebagai abdi negara hanya cukup untuk biaya hidup keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya. Sehingga dia membuat kandang ayam di pekarangan rumahnya.

"Saya berpikir sebentar lagi saya pensiun, kalau uang pensiun saya tidak cukup untuk biaya keluarga bagaimana? Jadi saya ternak ayam kampung saja," kata Kusnadi saat berbincang dengan Money.id beberapa waktu lalu.

Kusnadi mengatakan, hasrat untuk berbisnis itu muncul setelah dia melihat beberapa rekannya yang sudah pensiun, tetapi uang pensiunnya tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarga. Lalu, setelah pensiun kelabakan mencari tambahan penghasilan.

"Saya belajar dari yang sudah-sudah, jangan sampai setelah tidak produktif bekerja tidak memiliki penghasilan juga," ucap dia.

Kusnadi pernah sekolah di jurusan peternakan. Dia tahu betul bahwa peluang bisnis ini masih terbuka lebar.

Kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam masih sangat tinggi. Dan, angka kebutuhan ini pun terus meningkat setiap tahun.

Selain itu, bisnis bidang ternak juga mudah dijalankan. Bisnis ini bisa dilakukan di sela-sela pekerjaan utama.

"Ternak ayam kampung hanya membutuhkan perhatian saat memberi makan saja pada pagi hari dan sore," terangnya.

Modal awal

Di awal memulai bisnis ini, kita memang harus rela merogok kocek cukup banyak. Salah satunya untuk membuat kandang. 

Selain itu, perputaran uang pun tidak cepat karena ayam kampung tumbuh lebih lama dibandingkan dengan ayam pedaging.

Kata dia, saat ini ayam yang dia pelihara jumlahnya 100 ekor dengan ukuran kandang 10x12 meter. Untuk memulai bisnis ternak dengan jumlah itu dia menghabiskan modal Rp10 juta.

Jumlah tersebut sudah diestimasikan untuk Rp5 juta pembuatan kandang, Rp3 juta untuk pembelian bibit serta persediaan pakan hingga lima bulan. Kemudian Rp2 juta lagi untuk persedian selama ternak dilakukan.

"Kalau untuk membeli pakan dan membeli bibit ayam tidak terlalu besar. Paling besar untuk kandang," terang Kusnadi.

Meski mudah, bisnis ayam kampung juga memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang. Hal pertama yang perlu direncanakan adalah perbandingan luas pekarangan rumah dan jumlah ayam yang akan dipelihara.

Pengetahuan mengenai budidaya ayam secara garis besar juga perlu Anda kuasai, salah satunya risiko.

"Risiko paling berat adalah resiko kematian, biasa karena penyakit," terangnya.

Kandang dan bibit

Menurut dia, ukuran kandang yang ideal adalah 1x1 meter diisi oleh 7 ekor ayam. Jumlah tersebut merupakan ukuran optimal apabila berternak ayam dengan sistem full kandang.

Kandang yang baik untuk memelihara ayam kampung adalah kandang ayam dengan sebagian diberi atap dan sebagiannya lagi dibiarkan secara terbuka.

"Bagian kandang yang tertutup itulah yang biasa digunakan ayam kampung untuk berteduh dan tidur, sedangkan bagian terbuka untuk makan dan bermain," terangnya.

Jangan lupa juga untuk memberikan vaksinasi terhadap ayam-ayam ternak tersebut. Apalagi jika Anda memutuskan untuk membangun kandang ayam di tengah pemukiman.

Bagaimana dengan bibit?

Kusnadi menyarankan, sebaiknya jangan membeli bibit Day Old Chick (DOC) yang berusia satu hari sampai tujuh hari. Belilah ayam yang sudah dara atau sudah berusia sekitar 20 hari karena perawatannya lebih mudah.

Kata dia, bibit ayam DOC perawatannya lebih susah, karena memerlukan makanan khusus harus divaksinasi dan harus dihangatkan. " Tapi paling penting adalah pemeliharaan kesehatan, penanganan saat panen dan setelah panen," tutur dia. (ita)

(rn/rn)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Inspiratory Section