1. HOME
  2. INSPIRATORY
FASHION

Tas Buatan Mahasiswa ITB Ini Beromzet Ratusan Juta Rupiah

Tas yang dibuat oleh 20 mahasiswa Institut Teknologi Bandung ini, berasal dari bahan kayu pinus Jerman dan kulit kerang Mata Tujuh Lombok.

By Dian Rosalina 4 April 2016 15:15
Mahasiswa ITB yang membuat clutch dari kayu dan kulit kerang, Sulistya Fitriaty (Kanan), dan Florance (Kiri) (Money.id/Dian Rosa)

Money.id - Bagi sebagian mahasiswa tugas kuliah adalah sebuah kegiatan yang dilakukan hanya untuk mendapatkan nilai semata. Setelah mata kuliah tersebut selesai, kadang ilmunya pun menghilang.

Namun hal tersebut tidak berlaku bagi 20 mahasiswa Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung ini (SBM ITB). Salah satu mata kuliah yang mereka ambil mengharuskan membuat perusahaan dan produk yang berguna bagi masyarakat.

Produk yang mereka produksi adalah produk fashion yang cukup otentik dan unik. Seperti tas jinjing atau biasa disebut Clutch bag terbuat dari kayu dan Bucket bag yang terbuat dari kulit sintetis.

Klache, brand yang berasal dari perusahaan bernama Molka Co. yang dibangun mahasiswa asal SBM ITB ini telah berhasil menarik perhatian publik dengan produk tas jinjing (clucth) yang dibuat dari bahan kayu pinus Jerman. Meski terdengar seperti kayu-kayu impor, namun clutch yang dipadukan dengan kulit kerang dan acrylic ini berasal dari Indonesia.

Kata KLACHÉ sendiri berasal dari bahasa Telugu. Telugu sendiri adalah bahasa Yunani Kuno. 'Klac' memiliki arti Clutch dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia biasa disebut tas jinjing.

Ide mereka berawal dari ingin membangun sebuah perusahaan dengan kurun waktu empat bulan sudah bisa mendapatkan modal kembali. 20 mahasiswa yang tergabung dalam kelompok belajar itu melihat di berbagai sosial media, tren fashion di Amerika dan Eropa sedang booming memproduksi tas berbahan dasar kayu Maple.

"Karena melihat tas kayu sedang booming di Amerika dan Eropa, kenapa tidak buat saja yang serupa, tapi dibedakan berbentuk clutch," kata salah seorang perwakilan mahasiswa SBM ITB, Sulistya Fitriaty, kepada Money.id dalam acara LocalFest 5.2. kemarin.

Alasan lainnya menurut Sulis, tas adalah salah satu item fashion yang tidak setiap hari diganti oleh para wanita khususnya, berbeda halnya dengan pakaian. Ia juga menambahkan membuat baju memiliki inventaris yang cukup rumit dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar, seperti harus mengukur baju, harus memilih bahan yang tepat untuk kulit dan masih banyak lagi.

"Karena sebagian besar dalam kelompok ini adalah wanita dan mereka sering melihat media sosial Pinterest, jadi tas dari kayu sepertinya lebih mudah dibuat, menarik, lebih variatif, dan belum banyak juga orang pakai. Selain itu kami juga terinspirasi dari salah satu brand Indonesia yang membuat wooden watch, Matoa," kata dia.

Kayu pinus Jerman yang dipilih oleh mereka sebagai bahan baku, memiliki keunikan tersendiri. Selain berasal dari Bandung, Indonesia, kayu ini pun mudah ditemukan di toko-toko kayu. Beberapa tukang kayu yang mengerti mengatakan kayu tersebut memiliki kualitas yang tidak jauh berbeda dengan kayu pohon Maple yang ada di Amerika.

"Kalau pakai kayu Maple kan harus impor dulu dari Amerika dan itu mahal. Selain itu kami mau membuat suatu barang yang memang asli dari bahan-bahan asal Indonesia. Makanya kami memakai kayu pinus Jerman yang dipadukan dengan kerang Lombok dan karya seni dari para mahasiswa Seni Rupa ITB," kata Sulis.

Modal Pinjam Bank, Tapi Untung Ratusan Juta Rupiah

Memulai sebuah bisnis dengan mengawali membuat sebuah perusahaan kecil itu tidaklah mudah. Apalagi berbekal 20 orang yang masih berstatus mahasiswa, membuat mereka harus pintar-pintar untuk mencari modal.

Karena tugas kuliah tersebut mengharuskan mereka membangun sebuah bisnis yang nyata, Sulis mengatakan bahwa mereka harus membuat proposal resmi untuk meminjam modal bisnis ke Bank. Dalam proses tersebut, Sulis dan teman-temannya harus menjamin pinjaman tersebut dengan cara koleteral.

"Ya harus patungan dulu untuk modal awalnya. Waktu itu akhirnya Bank meminjamkan modal kami sekitar Rp26 juta. Itu sudah termasuk membeli bahan seperti membayar tukang kayu dan membeli kayu, membayar kerang Lombok yang akan dijadikan aksesoris tas, dan untuk keperluan marketing," kata remaja berumur 19 tahun itu.

Pengerjaannya yang rumit dan lamanya proses pembuatan tas yang memakan waktu hingga 14 hari, membuat range harga yang ditawarkan pun cukup mahal. Mulai dari Rp299 ribu untuk tas kulit dengan sentuhan kayu hingga Rp829 ribu untuk clutch dengan sentuhan kulit kerang Mata Tujuh yang berasal dari Lombok.

"Kalau ditanya keseluruhan omzet dari bulan-bulan awal masih belum stabil sih ya. Cuma kalau sekarang omzet kami sudah sampai ratusan juta rupiah per bulan. Alhamdullillah juga pinjaman uang dari bank sudah kembali, itu sih yang kami khawatirkan kalau tidak bisa kembali, haha," ujar Sulis. (dwq)

Baca Juga

(dr/dr)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Inspiratory Section