1. HOME
  2. INSPIRATORY
INSPIRATORY BISNIS

Pernah Jadi Tunawisma, Wanita Ini Pimpin Data Center Group

Hingga kini DCG berhasil meraup keuntungan hingga US$150 miliar atau sekitar Rp2 kuadriliun.

By Dian Ardiahanni 3 November 2015 11:49
Diane Bryant, pemimpin Data Center Group (Intel)

Money.id - Diane Bryant mengalami masa-masa sulit di usia muda. Saat masih berusia 18 tahun ia harus keluar rumah dan berjuang sendiri karena aturan ketat sang ayah.

Namun berkat ketekunannya, kini ia memimpin Data Center Group (DCG), bagian pembuat chip yang berada dibawah perusahaan Intel. Kisah Bryant sangat inspiratif, karena tak semua orang sukses mengalami pengorbanan seperti yang ia jalani.

"Di tahun ketiga, tepatnya bulan Februari saat SMA saya adalah tunawisma," kata Bryant, seperti dilansir dari Businessinsider, Selasa 3 Oktober 2015.

Kala itu, ia hanya mengharapkan bantuan orang di sekitarnya untuk bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Saat bersekolah, Bryant memiliki nilai bagus dan punya mimpi besar untuk bisa mandiri secara finansial dengan berkuliah. Namun karena tak seorang pun di keluarganya yang berkuliah, Bryant hanya diharapkan menjadi penata rambut.

Hingga akhirnya, ia pergi ke perguruan tinggi setempat karena gratis, kemudian Bryant pun dikirim ke University of California, Davis dan mengambil jurusan teknik listrik.

"Tak pernah terlintas dalam benak akan tumbuh menjadi seorang insinyur, tetapi saya pikir ini adalah langkah yang baik," ucap wanita yang menjabat posisi senior vice president ini.

Tidak butuh waktu lama untuk mengetahui persis apa yang diimpikannya, sejak 1985 ia memulai kariernya di Intel. "Mungkin diawal bekerja memang semata-mata memang karena uang. Namun sekarang telah berubah yaitu karena saya mencintai industri," tuturnya.

Ia berharap, kesuksesannya bisa menginspirasi para pelajar perempuan lainnya untuk bisa bekerja di bidang teknologi. Sebab, bagi Bryant dunia teknologi adalah pekerjaan kreatif yang menyenangkan.

Sebab sepanjang kariernya, industri teknologi didominasi oleh laki-laki, sedangkan perempuan hanya minoritas. Terutama pada 1980-an ketika ia pertama kali bergabung di Intel, waktu itu adalah era kasar di Silicon Valley.

"Jika mendapat gelar di bidang teknik, Anda akan bisa bekerja dan menghasilkan uang yang besar," ujarnya.

Memang, menurut Bryant, banyak perempuan yang pandai matematika dan ilmu pengetahuan, sayangnya mereka tidak menekuni bidang teknologi.

Baginya memotivasi wanita untuk berkiprah di industri teknologi adalah tanggung jawab. Bahkan ia mengatakan bahwa Intel pun telah berkomitmen mengeluarkan dana sebesar US$300 juta atau setara Rp4 triliun untuk mengurangi minoritas jumlah perempuan pada 2020.

Hingga kini DCG berhasil meraup keuntungan hingga US$150 miliar atau sekitar Rp2 kuadriliun. (dwq)

Suka Informasi Ini? Klik Like Ini

Baca Juga

(da/da)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Inspiratory Section