1. HOME
    2. INSPIRATORY
JOKOWI

Perjalanan Bisnis Katering Gibran Rakabuming Tanpa Restu Jokowi

By Dwifantya Aquina 10 Maret 2016 13:20
Budaya "Piring Terbang"

Menurut Gibran, masyarakat Solo memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan kota-kota lain. Sebab, budaya masyarakatnya masih memegang konsep penyajian “piring terbang”.

“Itu semacam istilah untuk sistem di Solo. Jadi, tamu-tamunya duduk. Pelayannya yang nganter-nganterin makanan. Kalau di Jakarta dan Surabaya, kan sudah sistem buffet. Mereka ngambil sendiri,” terangnya.

Sistem piring terbang seperti itu, lanjut dia, cukup menyulitkan bagi dirinya dan para karyawan. Sebab, Chilli Pari harus menyediakan personel yang cukup banyak untuk melayani para tamu.

“Kalau ada order besar, kami menyewa tenaga ibu-ibu sekitar untuk bekerja sambilan. Ya, lumayanlah buat mereka ada uang tambahan,” ungkapnya.

Pada saat pertama memegang order seribu orang, Chilli Pari rela mendapatkan kritik dari beberapa tamu. Maklum, pengalaman pertama itu cukup membuat sajian terlambat dihidangkan.

“Waktu itu, aku pakai batik, pura-pura tanya ke tamu. Mereka bilang, makanannya terlambat mungkin karena kateringnya baru. Jadi, itu kami sampaikan ke karyawan supaya ke depan lebih baik lagi. Alhamdulillah, sekarang semuanya lancar,” kata dia.

Apalagi persiapan matang dia lakukan sejak jauh hari. Untungnya, order katering biasanya dilakukan sejak enam sampai satu tahun sebelumnya sehingga Chilli Pari bisa melakukan perencanaan. “Selama 2011, kami sudah melayani ratusan wedding dan event-event, baik skala nasional maupun internasional. Sekarang semua orang percaya,” katanya bangga.

Menurut dia, kunci bisnis katering di Solo dengan budaya piring terbang adalah kecepatan. Oleh karena itu, jumlah personel yang memadai diperlukan.

“Di Solo ini banyak kejadian desert (makanan penutup) belum keluar, tamu sudah pulang. Sebab, orang Solo itu yang penting ada nasi, ada es, langsung pulang. Jadi, intinya kami harus cepet keluarin makanannya,” tambahnya.

Lambat laun dia bisa mencirikan karakteristik orang Solo yang lain. “Kalau yang datang anaknya, pasti minta buffet. Tapi, kalau sama orangtuanya, pasti ngotot piring terbang. Karena orang Solo bilang, kalau tamu nggak dilayani, itu nggak sopan. Biasanya, memang begitu kalau orang Jawa yang tradisional. Tapi, kalau yang sudah modern, pasti pilih buffet,” ungkapnya.

Dan Sekarang Chilli Pari telah besar sebagai penyedia jasa one-stop wedding solution, juga menawarkan berbagai kebutuhan pesta seperti Catering solo, Gedung Pernikahan, Wedding Event Organization, dekorasi, rias pengantin, souvenir, undangan, entertainment yang menjadi perhitungan kalangan menengah ke atas di kota Solo.

 

(da/da)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Inspiratory Section