1. HOME
  2. INSPIRATORY
INSPIRATORY BISNIS

Pecel Lele Lela, Kuliner Indonesia yang Go International

Waralaba ini sudah tersebar di 12 provinsi Indonesia dan sudah membuka cabang di Malaysia.

By Rohimat Nurbaya 14 Oktober 2015 08:03
Rangga Umara pendiri Pecel Lele Lela (Foto: Facebook)

Money.id - Pecak lele atau yang biasa dikenal dengan pecel lele adalah makanan khas Jawa Tengah. Kini makanan itu bisa kita temukan dengan mudah, biasanya di pinggir jalan.

Seorang pengusaha muda, Rangga Umara, mencoba mengembangkan bisnis makanan olahan dari bahan baku lele tersebut. Ide awalnya, ingin mengembangkan usaha makanan yang sudah banyak dikenal masyarakat itu. 

Pada 2006, Rangga kemudian mendirikan sebuah restoran dengan nama Pecel Lele Lela.  Nama Lela dipakai karena kepanjangan deri 'Lebih Laku'.

Pria kelahiran 3 Januari 1979 tersebut memilih pecel lele karena pasar luas, serta dikenal di seluruh Indonesia.

Dia meyakini usaha pecel lele merupakan bisnis selalu eksis serta tidak mengenal krisis. Alasannya, bahan baku ikan lele mudah didapat serta marjin penjualan tinggi.

Hingga saat ini Pecel Lele Lela memiliki lebih dari 100 gerai. Dari awal berdiri, waralaba ini sudah tersebar di 12 provinsi. Dan kini sudah membuka cabangnya di Malaysia. Keren!

Jatuh bangun

Rangga merupakan mantan karyawan sebuah developer apartemen. Rangga mulai usaha saat usia 27 tahun. Saat itu, bisnis pecel lele hanya jadi sampingan.

Merasa masih memiliki pekerjaan sebagai marketing communication, usaha pecel lele tidak dijalankan maksimal. Tetapi, Rangga punya impian suatu saat akan berfokus di usaha tersebut.

Harapan Rangga dijawab Tuhan. Developer tempat dia bekerja mandek dan kurang order. Sejumlah karyawan terancam pemutusan hubungan kerja (PHK). Dia masuk karyawan berada dalam daftar PHK.

Rangga nekat mengundurkan diri sebelum dapat surat PHK. Saat itu dia beranggapan, satu-satunya jalan cepat kaya adalah jadi pengusaha.

Lapak pecel lele pertama milik Rangga didirikan di sebuah foodcourt di Bandung, Jawa Barat. Ukurannya hanya 2x2 meter dengan biaya sewa Rp250 ribu per bulan. Menjalankan usaha itu dia dibantu seorang pegawai.

Modal pertama membangun lapak Rp3 juta, dia minta uang pada orangtua. Hari pertama berjualan hanya untung Rp20 ribu. Meski untung sedikit Rangga tetap bertahan, hingga lima bulan berjalan hasilnya tetap sama. Usaha itu tidak seperti yang diharapkan.

Pada bulan keenam akhirnya Rangga mengubah strategi bisnis. Dia bertekad membuat gerakan warung sepi jadi ramai. Pria berjanggut itu pun mendatangi pemilik warung dan mengajak bekerjasama.

Rangga dan pemilik warung akhirnya sepakat membuka Pecel Lele Lela. Warung sepi itu kemudian disulap jadi warung pecel lele dan didesain sedemikian rupa hingga menarik. Semua modal awal dari Rangga. Mereka sepakat menggunakan sistem setoran Rp1 juta per bulan. 

Satu bulan berjalan ternyata usaha itu bisa meraup untung Rp3 juta. Semangat usaha Rangga semakin berapi-api.

Dengan untung sebesar itu, Rangga merencanakan membuka 10 cabang dalam satu tahun. Dia menargetkan omzet per bulan dari cabang-cabang yang dia buka Rp100 juta per bulan.

Setelah dijalani dengan tekun dan semangat, strategi tersebut berhasil. Rangga tidak puas sampai di sana. Lebih 'gila' lagi dia menargetkan membuka 100 cabang dalam 5 tahun.

Pecel Lele Lela pun terus berkembang pesat, pada 2013 tercatat sudah mengantongi keuntungan Rp8,2 miliar per bulan.

Menu dijual di Pecel Lele tidak hanya ikan lele saja, ada juga sayuran seperti, tumis tauge, terong balado, sayur asem, dan cah kangkung tauco. Di sana juga dijual aneka makanan dengan olahan bebek. (ita)

(Berbagai sumber)

(rn/rn)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Inspiratory Section