1. HOME
    2. INSPIRATORY
INSPIRATIF

Mario Ardi, Kisah Perjalanan Fotografer Muda Asal Semarang

"...bayaran aku waktu menjadi seorang fotografer amatir yang memotret alam, ya sekitar Rp150 ribu, Haha..," kata Mario.

By Dian Rosalina 30 April 2016 13:10
Mario Ardi bersama foto-foto hasil jepretannya (Money.id/Dian Rosa)

Money.id - Lewat lensa dan sorotan lampu flash, seorang fotografer bisa menangkap sebuah momen yang berharga dari satu perisitiwa. Fotografi bagi anak muda asal Semarang ini adalah bagaimana seseorang menghasilkan momen yang diinginkan dan bisa membuat siapa saja merasakan emosi di dalamnya.

Mario Ardi, fotografer muda berbakat ini mengawali kariernya sebagai fotografer sejak ia duduk dibangku sekolah menengah. Berbekal kamera digital yang ia dapatkan sekitar tujuh tahun lalu dari hadiah sebuah bank, Mario mengenal fotografi.

"Dari aku SMA aku sudah suka foto soalnya, karena ini adalah hobiku, jadi aku sangat menikmatinya. Foto pertamaku adalah buku-buku sekolah dengan kamera digital Fuji seharga Rp900 ribu yang aku dapatkan dari iseng-iseng berhadiah dari sebuah bank," cerita Mario kepada Money.id, Sabtu 30 April 2016 di kawasan Jakarta Selatan.

Ia bercerita untuk menjadi seorang fotografer pada saat itu sangat susah. Apalagi belum banyak orang yang menghargai jasa fotografer. Melihat hal itu, orangtuanya sempat menentang keinginan Mario menjadi seorang fotografer profesional.

"Orangtuaku secara pribdai tidak mendukung aku untuk menjadi seorang fotografer, karena mereka pekerjaan mereka adalah pedagang. Mereka ingin anak-anaknya mengikuti jejak mereka dengan berbisnis," ujarnya.

Pria murah senyum itu pun mengatakan tanggapan orangtuanya saat pertama kali ia mengutarakan niat menjadi seorang fotografer adalah tidak mendukung. Mereka melihat jaman dulu fotografer wedding hanya diberi makan nasi kotak.

Hal-hal kecil seperti itulah yang menurut orangtua Mario lebih tidak tega bila anaknya akan seperti itu nantinya. Namun semua itu tidak terbukti, ketika Mario membuktikan diri berjuang untuk cita-citanya tersebut.

"Tapi sekarang berbeda, fotografer sudah dihargai karya-karyanya. Aku pun akhirnya diakui sebagai seorang fotografer oleh orangtua setelah aku menjalani profesi ini sekitar satu tahun," kata Mario.

Tak pernah terpikirkan oleh Mario untuk mencari profesi lainnya selain fotografer. Sarjana lulusan Universitas Pelita Harapan ini hanya ingin berjuang demi sesuatu yang ia suka saja, dan kini Mario berhasil mewujudkannya.

Baca Juga

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Inspiratory Section