1. HOME
    2. INSPIRATORY
MONEY WEEKEND

Burger Bakar Qebul: Modal Rp5 Juta, Omzet Tembus Ratusan Juta Rupiah

Kunci sukses bisnis kuliner adalah harus penuh perhitungan, fokus, sabar, dan tekun.

By Dian Rosalina 15 April 2016 12:56
Outlet Burger Bakar Qebul (Money.id/Dian Rosa)

Money.id - Tidak seperti pebisnis kuliner lainnya yang mengawali bisnis hanya sakadar ada peluang bagus lalu memanfaatkannya. Agus Yunanto mengawali bisnis kuliner Burger Qebul dengan penuh perhitungan dan waktu yang lama.

Dia mengatakan saat muda ia selalu berpikir untuk membuat usaha sendiri berbasis makanan. Namun, burger bukanlah opsi utamanya. Justru makanan yang terlintas di kepalanya adalah ramen dan pasta.

Setelah dipikirkan matang-matang, Agus akhirnya menetapkan pilihan pada burger. Alasannya, burger dianggap sebagai makanan lintas gender yang bisa diterima oleh berbagai kalangan.

Tak ingin sama dengan burger kebanyakan, Yunanto pun berburu resep dan konsep makanan yang akan disajikan di kedainya. Tak sebentar, ia butuh waktu hingga enam tahun untuk mendapatkan 'resep rahasia' burgernya, dan baru merealisasikannya pada 2009 silam.

"Ya memang cukup lama perjalanan saya. Sekitar enam tahun hanya untuk meriset dan melakukan banyak eksperimen terhadap beberapa opsi makanan. Makanya sebagaian besar waktu saya habis bolak-balik Jakarta-Yogyakarta untuk mengeksekusi bisnis lainnya, baru setelah itu burger ini," kata Yunanto kepada Money.id, di gerai Burger Qebul, Jakarta Timur, Jumat 15 April 2016.

Kebanyakan pebisnis kuliner sekarang ini lebih memilih makanan tradisional untuk dijadikan makanan modern. Namun Yunanto punya pemikiran berbeda. Menurutnya pangsa pasar terbesar penyantap kuliner adalah usia produktif atau anak muda.

Ia berpendapatan makanan tradisional sebenarnya telah memiliki penggemar fanatisme sendiri. Namun generasi muda sekarang selalu ingin update mengenai hal-hal baru termasuk kuliner. Dari segi rasa dan bentuk makanan itu sendiri.

"Nah anak muda sekarang lebih mencari sesuatu yang kekinian entah itu makanan atau apapun. Meski ingin yang baru tapi mereka tetap mengedepankan soal rasa dari makanan itu sendiri. Jadi alasan saya sebenarnya karena kebanyakan makanan western lebih berpeluang untuk diterima," kata pria yang berasal dari Yogyakarta itu.

Konsep Kerakyatan

Tak seperti jajanan kuliner western lainnya yang harganya cukup mahal untuk satu porsinya. Rata-rata mereka mematok harga antara Rp20 ribu ke atas. Namun berbeda dengan Burger Qebul yang dijual oleh pria berusia 37 tahun ini.

Yunanto menjualnya dengan harga yang cukup murah tapi soal rasa dan bentuknya cukup besar serta mengenyangkan.

"Banyak orang yang bertanya kenapa saya memberikan harga murah pada produk saya. Saya cermat membidik pangsa terbesar sosial kita yang rata-rata adalah kalangan menengah ke bawah. Oleh sebab itu, saya jadi harus reliable dengan kemampuan daya beli mereka," jelas dia.

Meski murah, bahan yang dia pilih pun benar-benar bahan terbaik untuk membuat burger. Ia selalu memakai daging impor yang berasal dari Australia dan Selandia Baru.

Menurutnya memakai daging lokal tidak cocok karena tekturnya yang alot, berbeda dengan daging impor yang memiliki teksur lebih lembut. Bahkan ia juga membuat saus mayonaise dan roti sendiri.

"Bagaimana mendapatkan harga semurah itu, ada alasannya. Saya memotong jalur distribusi yang berbelit-belit jadi langsung pada supplier impor. Jadi bahan baku ke saya jauh lebih murah daripada harga aslinya. Saya bisa menjual produk dengan harga lebih murah juga, walaupun saya tidak menampik bahwa ini juga mencari keuntungan tapi tidak fokus terhadap itu," katanya.

Tidak heran, Yunanto mengatakan bahwa modal awal untuk merealisasikan itu semua tidak terlalu banyak, tidak sampai Rp5 juta ini bisa mendapatkan omzet hingga ratusan juta setiap bulannya.

"Realisasikan bisnis waktu itu lewat gerobak kecil itu juga pinjam dari teman, lalu saya desain lagi untuk bisa digunakan untuk burger. Jadi kalau untuk bisnis makanan harus konsep yang jelas dan orisinil, begitu terjun kita punya sesuatu yang original, brand akan terbentuk dengan sendirinya," kata Yunanto

Dia mengatakan konsep yang dibuatnya pun sebenarnya tidak muluk-muluk, hanya membuat suatu produk yang bisa diterima oleh target marketnya, yaitu anak muda. Ia jeli membaca bahasa psikologis konsumen seperti apa.

"Berbedalah antara konsumen menengah ke atas dan menengah ke bawah. Kalau saya membidik menengah ke atas nanti makanan saya jadi gaya hidup, sedangkan kalau membidik menengah ke bawah, burger saya bisa menjadi salah satu opsi pengganti makanan mereka. Itulah karakteristik masyarakat di Jakarta ini," ujarnya.

NEXT: Alasan Tiga Kali Pindah Lokasi >>>

Baca Juga

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Inspiratory Section