1. HOME
  2. INSPIRATORY
INSPIRATIF

Kisah Pemulung Kuliah di Kampus Elit

Lulusan terbaik, gugup saat pidato. Dia sukses mengubah kegelapan menjadi masa depan.

By Wens 1 Agustus 2019 12:11
Sophy Ron saat kecil dan wisuda (Foto: ist)

Money.id - Adakah masa depan dari gunungan sampah? Dari bau busuk sisa makanan. Yang dirubung lalat hijau. Ulat bergeliat. Dari nafas, yang saban hari menghirup asap beracun. Dari hidup, berebut sisa makanan dengan anjing-anjing liar.

Jika Anda sulit membayangkan masa depan dari kesialan hidup seperti itu, cobalah membaca kisah Sophy Ron. Anda akan menemukan bagaimana nasib diayun dari tempah sampah, ke bangku perguruan tinggi, lalu melesat ke halaman media massa di sekujur dunia.

Lihat baik-baik foto itu. Bocah 11 tahun. Baju lusuh, bertopi wol merah kuning. Rambut mengurai ke kanan yang diikat penjepit bekas. Dan tangan kiri penuh daki lumpur menenteng karung. Setengah diletakan di bahu menjurai ke belakang.

Sophy Ron saat wisuda
© 2019 money.id/ist.



Dia berdiri di antara gundukan sampah. Yang dari sana meruap aneka bau busuk. Dari segala jenis. Jika berdiri di situ, Anda mungkin menyumbat hidung. Atau memakai masker, dengan tali penyangkut yang melingkar di daun kuping.
Tapi lihatlah tawa lebar gadis belia ini. Berwajah bahagia. Anting kecil di kuping kiri. Seperti gaya kita-kita, yang wajah diimutkan, lalu melepas hasil sebuah jepretan ke jejaring berbagi gambar.

Lahir dan dibesarkan dalam keluarga pemulung, Sophy Ron, sudah berdamai dengan himpunan busuk semenjak dari kandungan. Ayah seorang pemulung. Ibu pemulung. Dunia masa belianya berputar di sekitar sampah, yang diangkut dari rumah-rumah di kota Phnom Penh.

Keceriaan masa kanak-kanaklah yang membenam kepahitan itu dari kehidupan. Hingga usia 11 tahun, dia tak pernah duduk di bangku kelas. Sekolah hanya terlihat seperti noktah dari batas terjauh kehidupan anak pemulung.

Saban hari dia mengekor ayah. Melangkah di belakang ibu. Memungut. Memilah sampah. Dan jika malam tiba bersama keluarga dia terlelap di gubuk dekat gunungan sampah. Dunia ini, dan juga masa depan tidak pernah mereken manusia seperti Sophy.

Jika kemudian dunia bisa menatap wajahnya, itu karena dia berdiri di sebuah podium. Sekian tahun dari etape sampah itu. Pada Trinity College Melbourne University, Australia, yang riset dan sistem kuliahnya masuk daftar terbaik di dunia.

 

Sophy Ron saat menjadi pemulung
© 2019 money.id/ist.

 

Dari podium itu Sophy berpidato. Dalam bahasa Inggris yang fasih. Naik ke podium lantaran lulus dengan nilai sangat memuaskan. Masa lalu memang pahit, dan dari atas podium itu dia menyampaikan terima kasih kepada orang-orang yang membantu. Kepada Cambodian Children’s Fund (CCF).

Adalah CCF itu yang mengubah hidupnya. Lembaga itu sukses mengangkat nasib orang-orang susah. Bikin program pendidikan, sekolah satelit di pelosok-pelosok, dan mencarikan beasiswa ke sekolah-sekolah dan penguruan tinggi. Sophy masuk di Trinity College itu.

Dan dia jadi lulusan terbaik. Dan itulah sebabnya dia mendapat beasiswa penuh untuk masuk di Melbourne University untuk program sarjana. Dari atas podium itu dia mengaku gugup. “Saya sangat bersemangat, tapi juga sangat gugup,” katanya yang disambut tepuk tangan haru hadirin. 

(i/w)

Related

Komentar

Recommended

What Next

More From Inspiratory Section