TKI Hong Kong
Awalnya, Heni adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Hong Kong. Dengan tekad bulat, dia bisa mencicipi bangku kuliah di Hong Kong, sambil bekerja.
"Saya berangkat ke Hong Kong pada 2005. Kemudian awal 2007 mulai masuk kuliah," jelasnya. Kala itu, dia mengambil jurusan teknologi informasi (IT) dan bisa lulus sebagai sarjana.
"Lalu, pulang ke Indonesia pada 2011. Kemudian pada 2013 mendirikan AgroEdu Jampang Community," tutur dia.
Heni sempat menceritakan kisahnya saat menjadi TKI di negeri orang, suka duka telah dia jalani selama berjuang di Hong Kong. Mulai dari gaji yang tidak sesuai kontrak hingga terpaksa menyisihkan gaji untuk kuliah.
"Saya di sana dua kali ganti bos. Yang pertama, saya tidak bilang bahwa saya kuliah. Gaji juga dibayar tidak sesuai kontrak," tutur dia.
Sekolah gratis AgroEdu Jampang Community (Facebook/Inspirasi Jaladara)
Peruntungan menghampiri Heni, setelah dia berganti tuan. Di tempat bekerja baru, dia didukung sepenuhnya supaya bersekolah hingga jenjang sarjana. "Bos saya yang kedua ini sangat baik," kenangnya.
Memang TKI di Hong Kong, pada Sabtu dan Minggu serta tanggal merah diperbolehkan untuk libur. Mereka tidak setiap hari bekerja. Kesempatan tersebut dimanfaatkan Heni menyempatkan diri untuk kuliah.
Di sela waktu libur tersebut Heni bersama TKI lainnya biasa berkumpul dan bertukar pikiran, termasuk belajar hal-hal baru seperti di bidang teknologi. "Makanya saya waktu itu pilih kuliah IT," ucap dia.
Kukuh mengabdi
Sepulang dari Hong Kong, Heni sempat kembali ke kampung halamannya di Ciamis. Namun, dia tidak betah dan memilih melanglang buana hingga ke Kalimantan. Di sanalah dia bertemu belajan jiwa yang kemudian menjadi suaminya.
"Di sana juga saya sempat mengajar di desa tertinggal, namun suami saya pulang ke Bogor. Jadi ikut suami saja," ucapnya.
Di Bogor, Heni bersama suaminya yang saat ini bekerja di Majelis Ulama Indonesia (MUI) kerap berkunjung ke beberapa desa, di sana dia melihat kehidupan tidak semestinya dialami warga.
Sekolah gratis AgroEdu Jampang Community (Facebook/Inspirasi Jaladara
Awalnya, sepasang suami istri itu bergerak sendiri mengabdi untuk masyarakat. Mereka berdua bahu membahu berbagi ilmu yang dimiliki kepada orang-orang tidak mampu.
"Hanya itu yang bisa saya dan suami lakukan bagi masyarakat, jadi saya lakukan semaksimal mungkin," kata Heni.
Respons dari masyarakat terhadap apa yang dia dan suaminya lakukan ternyata positif. Dari awalnya hanya puluhan warga saja ikut belajar, kini jumlahnya berlipat jadi ribuan.
"Di Kabupaten Bogor saja ada tujuh desa, belum lagi sekarang sudah mencapai ke Cilacap (Jawa Tengah) dan Ponorogo (Jawa Timur)," tutur dia.
NEXT>>> Manfaatkan Medsos
Intip Kado Istimewa Rafathar dari Kuda Poni Hingga Taman Bermain
Agar Dompet Tak Makin 'Tipis', Lakukan Penghematan dengan Cara Ini
Pemerintah Angkat Bicara Soal Rokok Naik Jadi Rp50 Ribu per Bungkus
Jual Sajadah Kelas Premium, Bisnis Gurih Hasilkan Ratusan Juta Rupiah
28 Februari 2016 07:10Komunitas Jendela: Anak-anak Jangan Sibuk dengan Gadget Saja
26 Februari 2016 11:51'Kabin Kapsul' Tempat Tinggal Minimalis Hasilkan Belasan Juta Rupiah
24 Februari 2016 17:31